REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO – Perdana Menteri Mesir, Mostafa Madbouly, mengatakan negaranya siap mengorbankan jutaan nyawa untuk Semenanjung Sinai. Pernyataannya muncul di tengah dugaan adanya rencana Israel mengusir paksa 2,2 juta penduduk Palestina di Jalur Gaza ke wilayah Sinai.
“Kami siap mengorbankan jutaan nyawa di setiap butir pasir di sini. Mesir tidak akan pernah membiarkan apa pun dikenakan padanya (Sinai),” ujar Madbouly saat berkunjung ke pangkalan militer Mesir di al-Arish, Sinai utara, Selasa (31/10/2023).
Dalam kunjungannya ke pangkalan militer tersebut, Madbouly didampingi ratusan pejabat pemerintah dan tokoh masyarakat. Sebelumnya sebuah dokumen milik Kementerian Intelijen Israel bocor dan beredar luas di media sosial. Dalam dokumen bertanggal 13 Oktober 2023 itu, Menteri Intelijen Israel Gila Gamliel mengusulkan pemindahan lebih dari 2 juta penduduk Gaza ke Semenanjung Sinai.
Hal tersebut akan dilakukan dalam tiga tahap. Pertama, pembentukan kota-kota tenda di Sinai. Kedua, pembentukan koridor kemanusiaan yang memungkinkan warga Palestina melarikan diri, diikuti pembangunan kota-kota di Sinai utara. Terakhir, Israel akan menetapkan tanah tak bertuan beberapa kilometer jauhnya di dalam wilayah Mesir untuk memastikan bahwa warga Palestina tidak dapat kembali. Laporan yang disusun Gamliel juga menyerukan kerja sama antara Israel, negara-negara Arab, dan Eropa untuk juga menerima pengungsi Palestina.
Dalam laporannya Gamliel menyebut, hasil terbaik setelah perang dengan Hamas saat ini, yang akan memberikan hasil positif dan strategis jangka panjang bagi Israel, adalah pemindahan warga Palestina di Gaza ke Semenanjung Sinai. Media Istael, Ynetnews, mengutip pejabat Mesir, mengungkapkan, Israel telah mengajukan sejumlah inisiatif untuk membujuk Mesir agar menerima pengungsi Palestina.
Salah satu usulan tersebut termasuk menghapus sebagian besar utang Mesir melalui Bank Dunia. Tidak jelas apa pengaruh Israel terhadap Bank Dunia hingga dapat menghapuskan sebagian utang internasional Mesir.
Sementara itu Financial Times, pada Senin (30/10/2023) melaporkan bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah melobi para pemimpin Uni Eropa untuk menggunakan pengaruh mereka guna membujuk Mesir untuk menerima pengungsi Palestina dari Gaza. Menurut Financial Times, para anggota Uni Eropa termasuk Republik Ceko dan Austria telah melontarkan gagasan tersebut pada pertemuan negara-negara anggota bulan lalu.
Jika rencana pengusiran warga Gaza ke Sinai benar-benar dieksekusi Israel, maka Nakba kedua akan terulang. Ketika Israel berdiri pada Mei 1948, lebih dari 700 ribu warga Palestina terusir dari tanahnya. Peristiwa itu dikenal dengan nama Nakba atau Malapetaka. Saat ini jumlah pengungsi Palestina sejak terjadinya Nakba telah mencapai lebih dari 5 juta orang. Mereka masih bertekad untuk kembali ke tanah leluhurnya.