REPUBLIKA.CO.ID, LEBANON -- Hizbullah membeberkan perincian kerugian yang diderita tentara Israel di perbatasan Lebanon akibat serangan balasan yang diberikan. Operasi perlawanan mengakibatkan terbunuhnya dan cederanya 120 tentara Israel.
Kelompok yang berbasis di Lebanon ini menyatakan dikutip dari Middle East Monitor, sebanyak sembilan tank, 33 radar, dan sebuah drone berhasil dihancurkan. Mereka juga mampu menghancurkan 140 kamera pengintai, 69 sistem komunikasi, 17 sistem jamming, dan 27 sistem intelijen.
Israel dan sekutunya, Amerika Serikat, telah memperingatkan Hizbullah untuk tidak melakukan intervensi dalam pengeboman di Jalur Gaza. Bahkan Washington telah mengirimkan dua kapal induk ke wilayah tersebut untuk memperkuat pesan tersebut.
Hizbullah telah mendefinisikan dirinya sebagai gerakan perlawanan yang didedikasikan untuk melindungi Lebanon, memerangi Israel, dan mendukung upaya Palestina untuk menjadi negara merdeka.
Hizbullah pun telah melakukan 84 serangan di 42 titik di sepanjang perbatasan sejak dimulainya bentrokan hingga akhir Oktober. Israel pun dibuat khawatir akan serangan dari pihak lain.
“Hizbullah mungkin memutuskan bahwa konflik akan meningkat, dan kami harus meresponsnya dan bersiap untuk itu," ujar Menteri Urusan Strategis Israel Ron Dermer menyatakan ketidakinginan eskalasi di wilayah utara.
Meskipun kemampuan sebenarnya Hizbullah masih belum jelas, hal ini bisa menyebabkan kerusakan di dalam wilayah Israel. Kelompok ini diyakini memiliki persenjataan hingga 150.000 roket, serta rudal berpemandu presisi yang mampu menyerang sasaran sensitif.
“Hizbullah saat ini berada dalam posisi untuk menyakiti Israel jika mereka memilih untuk memasuki perang ini,” kata direktur Carnegie Middle East Center di Beirut Maha Yahya dikutip dari NYTimes.