Jumat 03 Nov 2023 12:22 WIB

AS Masih Tolak Gencatan Senjata di Gaza

AS hanya mendukung jeda kemanusiaan di Gaza

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
Warga Palestina membawa jenazah pria yang meninggal setelah serangan udara Israel di Al Falouja di kota Jabalia, Gaza utara.
Foto: EPA-EFE/MOHAMMED SABER
Warga Palestina membawa jenazah pria yang meninggal setelah serangan udara Israel di Al Falouja di kota Jabalia, Gaza utara.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Kementerian Pertahanan Amerika Serikat (AS) mengatakan, mereka tak mendukung penerapan gencatan senjata di Jalur Gaza. Hal itu disampaikan ketika lebih dari 9.000 warga Gaza telah terbunuh akibat serangan Israel.

“Kami tidak mendukung gencatan senjata yang memberikan waktu bagi Hamas untuk berkumpul kembali, yang akan membahayakan warga Israel dan pihak lain,” kata Juru Bicara Pentagon Brigadir Jenderal Patrick Ryder dalam konferensi pers, Kamis (2/11/2023).

Baca Juga

"Namun, saya pernah mendengar, Presiden mengatakan bahwa Pemerintah AS memang mendukung jeda kemanusiaan (di Gaza) untuk memungkinkan bantuan kemanusiaan masuk, sandera bisa keluar, serta warga negara lainnya," ujar Ryder.

Dia mengungkapkan, dalam diskusinya dengan para mitranya, Menteri Pertahanan  AS Lloyd Austin selalu mengangkat pentingnya memastikan bahwa warga sipil Palestina di Gaza mendapatkan bantuan kemanusiaan, baik itu bahan bakar air, atau bantuan medis. “Itu terus menjadi hal yang terus kami tekankan secara berkala,” ujar Ryder.

Cukup banyak pejabat AS yang telah menyuarakan penentangannya terhadap penerapan gencatan senjata di Gaza. Mereka menilai langkah demikian hanya akan menguntungkan Hamas. Sementara pada Rabu (1/11/2023) lalu, Joe Biden mengatakan dia mendukung adanya jeda kemanusiaan di Gaza guna memungkinkan proses pengiriman bantuan.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan, pasukan negaranya terus merangsek ke dalam wilayah Gaza. “Kami berada di puncak pertempuran. Kami telah mencapai keberhasilan yang mengesankan dan telah melewati pinggiran Kota Gaza. Kami mengalami kemajuan,” kata Netanyahu dalam sebuah pernyataan yang dirilis oleh kantornya Kamis lalu.

Media Israel, Haaretz, mengungkapkan, sejauh ini setidaknya 18 tentara Israel telah tewas sejak dimulainya operasi pertempuran darat ke Gaza pada 27 Oktober 2023 lalu. Satu di antaranya dilaporkan merupakan seorang komandan pasukan.

Jumlah warga Gaza yang terbunuh akibat serangan Israel kian melambung. Hingga Kamis lalu, korban meninggal sejak dimulainya agresi Israel pada 7 Oktober 2023 lalu telah melampaui 9.000 jiwa. “Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan, 9.025 orang terbunuh di Jalur Gaza, lebih dari 73 persen di antaranya adalah anak-anak, perempuan, dan lansia sejak agresi dimulai pada 7 Oktober. Lebih dari 22 ribu orang terluka,” tulis kantor berita Palestina, WAFA, dalam laporannya.

Dapat mengunjungi Baitullah merupakan sebuah kebahagiaan bagi setiap Umat Muslim. Dalam satu tahun terakhir, berapa kali Sobat Republika melaksanakan Umroh?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement