REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Puluhan ribu orang pada Sabtu (11/11/2023) pagi turun ke jalan-jalan di pusat Kota London untuk menuntut gencatan senjata di Gaza. Protes di London terjadi setelah pejabat pemerintah Inggris mencoba melarang demonstrasi pro-Palestina karena bertepatan dengan peringatan Hari Gencatan Senjata atau Armistice Day.
Sebelumnya, media lokal melaporkan bahwa para aktivis sayap kanan terlibat bentrokan dengan polisi London.
Wartawan Middle East Eye, Aina Khan, yang berada di London mengabarkan bahwa para pengunjuk rasa terus berdatangan dan memadati jalan-jalan di kota London meskipun ada seruan resmi untuk melarang aksi pro Palestina tersebut.
Para pengunjuk rasa perlahan-lahan melewati Marble Arch di dekat ujung jalan Edgeware. Teriakan “Israel adalah negara teroris, bebaskan Palestina” bergema di seluruh jalan di London Pusat.
Salah seorang peserta aksi, Zoe Whittington, melakukan perjalanan dari London Selatan bersama pasangannya dan putranya yang berusia 17 bulan. "Saya tidak bisa berdiam diri dan terlibat dalam apa yang sedang terjadi. Saya percaya sedikit demi sedikit dan saya percaya pada kemanusiaan," kata Whittington.
“Saya tidak bisa berhenti menyaksikan anak-anak dan warga sipil dianiaya dan dibunuh dengan cara yang mereka lakukan," ujarnya.
View this post on Instagram
"Saya ingin anak saya hidup di dunia yang bebas dari hal-hal semacam ini dan menurut saya sangat penting dia ada di sini bersama saya hari ini.”
Sehari sebelumya, puluhan profesional di sektor kesehatan Inggris mengadakan aksi serupa di luar Downing Street di London. Aksi ini dilakukan sebagai bentuk solidaritas kepada para petugas kesehatan yang gugur di Gaza akibat pengeboman Israel.
Koalisi profesional medis dan badan amal non-partisan Inggris menulis surat kepada Perdana Menteri Inggris menuntut gencatan senjata segera di Gaza.