REPUBLIKA.CO.ID, BOSTON -- Pebisnis dan CEO Tesla, Elon Musk berbagi pemikirannya tentang pendekatan Israel untuk mencapai tujuan mereka dalam menghancurkan Hamas di Gaza saat berbicara di Lex Fridman Podcast pada hari Kamis (9/11/2023).
Musk mengatakan bahwa dia bertanya-tanya apakah pendekatan Israel saat ini justru akan memperkuat Hamas, bukannya melemahkannya. Menurutnya Israel seharusnya melakukan "tindakan kebaikan yang tidak mencolok" jika ingin menggagalkan perkembangan Hamas.
"Jika Anda membunuh anak seseorang di Gaza, Anda telah menciptakan setidaknya beberapa anggota Hamas baru," kata Musk,
Menurutnya, reaksi Israel terhadap serangan 7 Oktober oleh Hamas telah jatuh di permainan kelompok Hamas. CEO aplikasi X (sebelumnya Twitter) ini justru mendesak Israel di Yerusalem Barat menggunakan strategi merangkul, "kontra-intuitif" yang akan lebih bermanfaat dalam jangka panjang.
"Jika Anda membunuh anak seseorang di Gaza, Anda telah membuat setidaknya beberapa anggota Hamas, mereka akan rela mati hanya untuk membunuh orang Israel," kata Musk dalam podcast Lex Fridman.
Bos Tesla dan SpaceX ini berpendapat bahwa tujuan kelompok pejuang militan Hamas Palestina adalah untuk "memprovokasi reaksi berlebihan" dari Israel. Yakni dengan melakukan serangan dan kemudian "memanfaatkan respon agresif Israel, sehingga bisa menggalang Muslim di seluruh dunia, demi Gaza dan Palestina, dan hal itu telah cukup berhasil."
"Ini adalah salah satu topik yang paling diperdebatkan yang bisa didiskusikan, tetapi saya pikir jika tujuan akhirnya adalah semacam perdamaian jangka panjang, kita harus melihat hal ini dari sudut pandang, seiring berjalannya waktu, apakah ada lebih banyak atau lebih sedikit teroris yang tercipta?" Kata Musk.
Untuk setiap anggota Hamas yang Anda bunuh, berapa banyak yang Anda ciptakan? Dan jika Anda menciptakan lebih banyak daripada yang Anda bunuh, Anda belum berhasil.
Serangan 7 Oktober mengakibatkan kematian sekitar 1.500an warga Israel, dan sekitar 200 orang lainnya dibawa ke Gaza sebagai sandera. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah menanggapi dengan menyatakan perang terhadap daerah kantong Palestina tersebut, meluncurkan serangan udara dan artileri selama berminggu-minggu dan dilanjutkan dengan invasi darat pada awal November.
Sebuah proposal yang beredar di media menginginkan agar seluruh penduduk Palestina di Gaza dipindahkan secara paksa. Beberapa tokoh masyarakat Israel telah menganjurkan untuk meratakan daerah kantong itu sepenuhnya. Sementara yang lain mencap para jurnalis foto yang mendokumentasikan serangan 7 Oktober sebagai kaki tangan Hamas yang harus dibunuh.
Hingga Jumat (10/11/2023), lebih dari 11.000 warga Palestina di Gaza telah terbunuh dan 27.490 lainnya terluka, menurut kementerian kesehatan setempat. Meskipun Gedung Putih meragukan angka-angka dari Palestina, Departemen Luar Negeri Amerika Serikat meyakini bahwa angka sebenarnya mungkin lebih tinggi.
"Hal yang berlawanan dengan intuisi yang harus dilakukan di sini, meskipun sangat sulit, adalah saya merekomendasikan Israel untuk melakukan tindakan kebaikan yang paling mencolok," kata Musk kepada Fridman dalam wawancara podcast.
Menyediakan layanan kesehatan, makanan, dan bantuan lainnya kepada warga sipil sambil tetap menargetkan para pemimpin dan anggota Hamas, akan menggagalkan tujuan kelompok tersebut dan "pada akhirnya akan melawan kekuatan kebencian yang lebih luas di wilayah tersebut," ujar sang miliarder.