Ahad 12 Nov 2023 18:07 WIB

Pemberontak Klaim Tembak Jatuh Pesawat Militer Myanmar

Pesawat jet Myanmar jatuh saat bentrok antara militer dan kelompok pemberontak.

Rep: Lintar Satria/ Red: Esthi Maharani
Analisis menilai penyelesaian krisis di Myanmar terhambat oleh meningkatnya impor persenjataan junta militer.
Foto: VOA
Analisis menilai penyelesaian krisis di Myanmar terhambat oleh meningkatnya impor persenjataan junta militer.

REPUBLIKA.CO.ID, NAYPYIDAW -- Pesawat jet Myanmar jatuh saat bentrok antara militer dan kelompok pemberontak. Peristiwa yang dilaporkan kedua belah pihak itu merupakan kemunduran terbesar junta sejak kudeta 2021.

Pesawat tempur itu jatuh di Negara Bagian Kayah di timur Myanmar, dekat perbatasan dengan Thailand pada Sabtu (11/11/2023). Jet itu jatuh saat militer bertempur melawan Karenni Nationalities Defence Force (KNDF) yang mengaku menembak jatuh pesawat tersebut.

Baca Juga

Di stasiun televisi pemerintah MRTV, Ahad (12/11/2023) juru bicara junta Zaw Min Tun mengatakan pesawat itu jatuh karena masalah teknis dan pilot keluar dengan selamat dan melakukan kontak dengan militer. Insiden ini terjadi saat pasukan militer Myanmar bertempur di beberapa front melawan pasukan etnis minoritas dan milisi anti junta serta pemberontak.

Pengamat keamanan mengatakan tingkat koordinasi oposisi pemerintah militer berada di tingkat yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Pekan lalu presiden yang dilantik militer mengatakan Myanmar beresiko terpecah belah karena kegagalan menangani pemberontakan secara lebih efektif.

Konflik di Negara Bagian Shan, di timur laut yang berbatasan dengan Cina, membuat sedikitnya 50.000 orang mengungsi, dengan jalur perdagangan terputus dan beberapa kota direbut sejak serangan anti-junta yang dilancarkan bulan lalu oleh tiga kelompok pemberontak etnis minoritas.

Cina menyerukan agar semua pihak menghentikan konflik. Aliansi pemberontak mengatakan mereka telah merebut lebih dari 100 pos tentara. Serangan-serangan ke kota-kota juga terjadi di wilayah Sagaing, di Myanmar tengah, dan barat Negara Bagian Shan.

Ratusan pekerja asing yang menurut aktivis hak asasi manusia merupakan korban penyelundupan manusia, terjebak dalam pertempuran. Termasuk warga Vietnam dan Thailand.

Pada Sabtu (11/11/2023) lalu Kementerian Luar Negeri Thailand mengatakan 200 warganya menunggu dievakuasi "secepat mungkin ketika situasi mengizinkan."

Di halaman Facebook, KNDF mengatakan mereka menembak jatuh pesawat jet menggunakan senapan mesin dan anggotanya sedang mencari pilot pesawat tersebut. Pernyataan ini belum dapat diverifikasi.

Di Facebook, media Myanmar Mizzima mengunggah foto yang menurut mereka helm dan parasut yang ditinggalkan salah satu pilot pesawat yang jatuh.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement