Senin 13 Nov 2023 13:26 WIB

Penembak Jitu Israel Targetkan Rumah Sakit di Gaza

Pasukan Israel telah mengepung fasilitas medis di utara Gaza

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Seorang wanita Palestina yang terluka dibawa ke rumah sakit al-Shifa, menyusul serangan udara Israel di Kota Gaza, Jalur Gaza tengah.
Foto: AP Photo/Abed Khaled
Seorang wanita Palestina yang terluka dibawa ke rumah sakit al-Shifa, menyusul serangan udara Israel di Kota Gaza, Jalur Gaza tengah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para pejabat Palestina dan orang-orang di dalam rumah sakit al-Shifa melaporkan, pasukan Israel secara langsung menargetkan kompleks rumah sakit dengan amunisi dan penembak jitu. Wakil Menteri Kesehatan Munir al-Boursh mengatakan penembak jitu menembaki setiap gerakan di dalam kompleks rumah sakit.

“Ada korban luka di dalam rumah dan kami tidak dapat menjangkau mereka. Kita tidak bisa menjulurkan kepala ke luar jendela," ujar al-Boursh, dilansir Aljazirah, Senin (13/11/2023).

Baca Juga

Tiga perawat di Rumah Sakit Al-Shifa gugur pada Jumat (10/11/2023)di tengah pengeboman Israel di dekat kompleks rumah sakit. Sementara 12 pasien, termasuk dua bayi prematur, juga telah meninggal sejak pemadaman listrik dimulai, dan infrastruktur penting, termasuk fasilitas kardiovaskular dan bangsal bersalin telah rusak parah.

WHO mengatakan, 600-650 pasien, 200-500 petugas kesehatan, dan sekitar 1.500 pengungsi internal masih berada di rumah sakit tanpa jalan keluar yang aman.  Para pasien tersebut termasuk 36 bayi yang berisiko meninggal karena inkubator tidak berfungsi.

Dua rumah sakit terbesar di Gaza telah berhenti menerima pasien baru karena pengeboman Israel dan kekurangan obat-obatan dan bahan bakar di tengah laporan meningkatnya kematian di antara pasien dan staf medis. Rumah Sakit Al-Shifa dan Al-Quds, yang merpakan rumah sakit terbesar di Gaza telah menghentikan operasionalnya.

Seorang dokter ahli bedah saraf yang bekerja di Rumah Sakit Al-Shifa, Nidal Abu Hadrous mengatakan, pasien dan staf menghadapi situasi bencana tanpa listrik atau air dan tidak ada jalan keluar yang aman. “Ini tidak akan bertahan lama. Diperlukan intervensi segera untuk menyelamatkan staf dan pasien,” kata Abu Hadrous kepada Aljazirah.

Rumah Sakit Kamal Adwan di Gaza utara juga menghentikan operasinya setelah generator utama mereka kehabisan bahan bakar. Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, situasi di Rumah Sakit Al-Shifa mengerikan dan berbahaya.

“Dunia tidak bisa berdiam diri sementara rumah sakit, yang seharusnya menjadi tempat berlindung yang aman, berubah menjadi tempat kematian, kehancuran, dan keputusasaan. Al-Shifa tidak berfungsi sebagai rumah sakit lagi," ujar Tedros.

Pasukan Israel telah mengepung fasilitas medis di utara Gaza, termasuk Rumah Sakit Al-Shifa. Pejabat Israel menuduh Hamas membangun pusat komando di bawah rumah sakit tersebut. Pejabat Hamas dan rumah sakit membantah bahwa kompleks tersebut menyembunyikan infrastruktur militer.

Separuh dari 35 rumah sakit di Gaza tidak lagi beroperasi di tengah pengeboman Israel, yang diluncurkan sebagai tanggapan atas serangan mengejutkan Hamas pada 7 Oktober terhadap komunitas di Israel selatan. Pengeboman Israel telah membunuh sedikitnya 11.078 warga Palestina, sepertiganya merupakan anak-anak.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement