Rabu 15 Nov 2023 10:54 WIB

Abaikan Kemanusiaan, Gedung Putih Ikutan Tuduh RS Al Shifa Jadi Markas Hamas

Gedung Putih tutup mata atas tindakan Israel yang mengebom RS Al Shifa

Rep: Amri Amrullah/ Red: Esthi Maharani
Gedung Putih  tutup mata atas tindakan Israel yang mengebom RS Al Shifa dan menewaskan ratusan pasien dan anak-anak.
Foto: AP Photo/Abed Khaled
Gedung Putih tutup mata atas tindakan Israel yang mengebom RS Al Shifa dan menewaskan ratusan pasien dan anak-anak.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Gedung Putih pada Selasa (14/11/2023), mengatakan bahwa pihaknya memiliki informasi intelijen di mana Hamas menggunakan rumah sakit terbesar di Gaza, Al Shifa, untuk menjalankan operasi militernya, dan mungkin untuk menyimpan senjata. Gedung Putih menyebut tindakan Hamas tersebut merupakan kejahatan perang. Sayangnya kantor Biden ini tutup mata atas tindakan Israel yang mengebom RS Al Shifa dan menewaskan ratusan pasien dan anak-anak.

"Kami memiliki informasi yang menegaskan bahwa Hamas menggunakan rumah sakit tersebut untuk mode komando dan kontrol" dan mungkin untuk menyimpan senjata, kata juru bicara keamanan nasional John Kirby kepada para wartawan di dalam pesawat Air Force One. "Itu adalah kejahatan perang."

Baca Juga

Dia mengatakan bahwa Amerika Serikat memiliki informasi bahwa Hamas dan Jihad Islam Palestina menggunakan beberapa rumah sakit di Jalur Gaza, termasuk Al Shifa, untuk menyembunyikan atau mendukung operasi militer mereka dan menahan sandera. Dia mengatakan bahwa kelompok-kelompok tersebut juga siap untuk menanggapi operasi militer Israel terhadap fasilitas tersebut.

Informasi tersebut berasal dari berbagai metode intelijen, katanya, seraya menambahkan bahwa pemerintahan Biden telah menurunkan tingkat klasifikasi beberapa data pada hari Selasa sehingga dapat membagikan kesimpulannya kepada para wartawan.

Yang cukup aneh, Kirby mengatakan tindakan Hamas di rumah sakit tidak mengurangi tanggung jawab Israel untuk melindungi warga sipil. Ia menyebut pengeboman Israel ke RS Al Shifa itu hanya untuk membasmi Hamas, walau itu menjadi lebih rumit. Karena disadari di dalam RS tersebut, banyak pasien dewasa dan anak-anak, termasuk juga para pengungsi di sekitar area rumah sakit.

"Untuk memperjelas, kami tidak mendukung serangan terhadap rumah sakit dari udara. Kami tidak ingin melihat baku tembak di rumah sakit di mana orang-orang yang tidak bersalah, orang-orang yang tidak berdaya, orang-orang yang sakit hanya mencoba untuk mendapatkan perawatan medis yang layak mereka dapatkan," kata Kirby berkelit.

"Kami telah menegaskan dalam beberapa kesempatan - tindakan Hamas tidak mengurangi tanggung jawab Israel untuk melindungi warga sipil di Gaza, dan ini adalah sesuatu yang akan terus kami bicarakan secara aktif dengan rekan-rekan kami," tambahnya.

Pasukan Israel telah mengepung dan menggempur rumah sakit Al Shifa di Kota Gaza, rumah sakit terbesar di daerah kantong tersebut. Israel mengklaim alasan mengebom RS itu, menurut mereka, karena berada di atas markas bawah tanah militan Hamas. Dan yang paling memprihatinkan Israel mengabaikan banyaknya warga sipil yang masih berada di rumah sakit tersebut.

Sementara Hamas, kelompok Islamis yang berkuasa di Gaza, menyangkal tuduhan dan klaim tersebut. Pihak Kementerian Kesehatan Gaza mengungkapkan di rumah sakit itu hanya ada 650an pasien dan 5.000-7.000 warga sipil. Mereka semua terperangkap di dalam halaman rumah sakit, di bawah tembakan konstan dari penembak jitu dan pesawat tak berawak Israel.

Dikatakan bahwa 40 pasien telah meninggal dalam beberapa hari terakhir, termasuk tiga bayi prematur yang inkubatornya rusak. Seorang pejabat Hamas di Beirut mengatakan 25 dari 35 rumah sakit di Gaza tidak dapat digunakan karena serangan Israel. Nasib Al Shifa secara khusus telah menjadi fokus perhatian dunia internasional, termasuk dari sekutu terdekat Israel, Amerika Serikat.

Israel menyangkal bahwa rumah sakit tersebut dikepung dan mengatakan bahwa pasukannya mengizinkan rute keluar bagi mereka yang berada di dalamnya. Para petugas medis dan pejabat di dalam rumah sakit menyangkal hal ini dan mengatakan bahwa mereka yang mencoba keluar akan ditembaki. Reuters tidak dapat memverifikasi situasi tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement