Rabu 15 Nov 2023 11:16 WIB

Israel Tolak Gencatan Senjata untuk Pembebasan Sandera di Gaza

syarat pembebasan sandera dengan gencatan senjata selama lima hari

Sandera Israel Nurit Cooper dan Yocheved Lifshitz tiba di Tel Aviv Sourasky Medical Center - rumah sakit Ichilov di Tel Aviv, Israel pada Selasa (24/10/2023).
Foto: Oren ZIV / AFP
Sandera Israel Nurit Cooper dan Yocheved Lifshitz tiba di Tel Aviv Sourasky Medical Center - rumah sakit Ichilov di Tel Aviv, Israel pada Selasa (24/10/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru bicara Brigade Al-Qassam, Abu Ubaidah mengatakan, Israel menolak gencatan senjata untuk pembebasan para tawanan di Gaza. Abu Ubaidah menambahkan, penolakan Israel tersebut tidak hanya membahayakan nyawa rakyat Palestina namun juga para sandera.

Abu Ubaidah mengatakan, pekan lalu ada upaya yang dilakukan oleh mediator Qatar untuk menjamin pembebasan sandera Israel, termasuk perempuan dan anak-anak, dengan imbalan pembebasan 200 anak-anak Palestina dan 75 perempuan Palestina, yang mewakili jumlah total tahanan perempuan dan anak-anak yang ditahan oleh Israel pada 11 November. Israel meminta pembebasan seratus perempuan dan anak-anak yang disandera di Gaza.

Baca Juga

Abu Ubaidah mengatakan, Hamas menetapkan syarat pembebasan sandera dengan gencatan senjata selama lima hari, dan mengizinkan masuknya bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza. Abu Ubaidah menjelaskan, Hamas dapat membebaskan 50 perempuan dan anak-anak yang ditahan di Gaza dan pada akhirnya sandera yang dibebaskan dapat mencapai 70 orang, karena rumitnya penahanan para sandera oleh berbagai faksi.

“Namun, musuh terus menunda-nunda dan menghindari pemenuhan kewajiban ini, tidak hanya mengabaikan nyawa warga sipil Palestina tetapi juga menunjukkan ketidakpedulian terhadap pembunuhan para sandera," ujar Abu Ubaidah dalam pidato terbaru pada Senin (13/11/2023) yang dirilis oleh Resistance News Network di Telegram.

Abu Ubaidah menjelaskan, contoh yang paling jelas adalah pembunuhan terhadap tentara Israel yang ditangkap, Faoul Assyani. Tentara tersebut ditangkap hidup-hidup dan mencatat permohonan pembebasannya pada awal perang. Namun Assyani terbunuh dalam pengeboman Israel beberapa hari yang lalu.

“Kami memperingatkan musuh dan semua pihak yang peduli dengan urusan para sandera dan tahanan bahwa kelanjutan agresi udara dan darat, tidak diragukan lagi dapat membahayakan nyawa mereka setiap saat," ujar Abu Ubaidah.

Abu Ubaidah mengatakan, 38 hari setelah dimulainya Pertempuran Badai Al-Aqsa, pejuang Palestina terus menggempur pasukan Israel dan kendaraan mereka, yang menyusup ke Kota Gaza dan Beit Hanoun dari beberapa arah. Dalam 48 jam terakhir, pejuang Palestina telah menghancurkan seluruh atau sebagian 20 kendaraan militer, termasuk tank dan kendaraan lapis baja, di area infiltrasi pasukan musuh.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement