Rabu 15 Nov 2023 13:09 WIB

Menlu Israel: Antonio Guterres tak Pantas Jadi Sekjen PBB

Belum ada respons dari Guterres terkait pernyataan Menlu Israel.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nidia Zuraya
File - Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres berbicara di perbatasan Rafah, Mesir, 20 Oktober 2023.
Foto: AP Photo/Mohammed Asad
File - Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres berbicara di perbatasan Rafah, Mesir, 20 Oktober 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA – Menteri Luar Negeri Israel Eli Cohen mengatakan Antonio Guterres tidak pantas mengemban jabatan sekretaris jenderal (sekjen) PBB. Hal itu karena Guterres tak berbuat cukup untuk mengecam kelompok Hamas dan terlalu dekat dengan Iran.

“Guterres tidak pantas menjadi ketua PBB,” ujar Cohen dalam sebuah konferensi pers di kantor PBB di Jenewa, Swiss, Selasa (14/11/2023).

Baca Juga

“Saya pikir Guterres, seperti semua negara bebas, harus mengatakan dengan jelas dan lantang: bebaskan Gaza dari Hamas. Semua orang bilang Hamas lebih buruk dari ISIS. Kenapa dia tidak bisa mengatakannya?” kata Cohen.

Belum ada respons dari Guterres terkait pernyataan Cohen. Sebelumnya Guterres pernah menyatakan terdapat hal yang salah dalam operasi militer Israel ke Jalur Gaza karena turut menewaskan lebih dari 11 ribu warga sipil di sana. Bulan lalu, Guterres juga sempat mengatakan bahwa serangan Hamas ke Israel yang terjadi pada 7 Oktober 2023 tidak terjadi tanpa sebab. Sikap dan pernyataan Guterres tersebut membuat Israel gusar. 

Terkait Cohen, dia berada di Jenewa untuk bertemu Organisasi Kesehatan Dunia dan Komite Palang Merah Internasional (ICRC) bersama para warga Israel yang anggota keluarganya disandera Hamas. Saat melakukan operasi infiltrasi ke Israel pada 7 Oktober 2023 lalu, Hamas diduga menculik lebih dari 240 orang dan membawanya ke Gaza.

Saat bertemu Presiden ICRC Mirjana Spoiljaric, Cohen menyampaikan harapan bahwa ICRC berbuat lebih banyak untuk memperoleh akses terhadap para sandera. “Saya pikir minimal Palang Merah akan menemui para sandera; minimal mereka mendapat bukti hidup; dan minimalnya mereka akan mentransfer obat-obatan kepada sandera yang membutuhkan,” ujar Cohen.

Sementara Spoljaric mengatakan, PBB sedang berusaha mendapatkan akses terhadap para sandera. Namun, dia menyebut hal itu membutuhkan perjanjian terlebih dahulu.

“Perlu diketahui bahwa ICRC tidak bisa memaksa masuk ke tempat para sandera disandera,” ujarnya.

Menurut Kementerian Kesehatan Palestina, hingga Selasa lalu, jumlah warga Gaza yang terbunuh sejak dimulainya agresi Israel ke wilayah tersebut pada 7 Oktober 2023 lalu telah mencapai 11.255 jiwa. Di dalamnya termasuk 4.630 anak-anak, 3.130 perempuan, dan 682 lansia. Sementara korban luka melampaui 29 ribu orang. Agresi Israel juga menyebabkan sekitar 1,5 juta warga Gaza terlantar dan mengungsi. 

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement