Sabtu 18 Nov 2023 13:34 WIB

Mahasiswa Stanford Tuntut Pihak Kampus Tarik Dana Investasi di Perusahaan Israel

Mahasiswa menuntut agar Stanford mengutuk Israel atas pendudukannya di Palestina.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Nidia Zuraya
Ribuan peserta unjuk rasa pro Palestina di Amerika Serikat (ilustrasi).
Foto: AP Photo/Sara Diggins
Ribuan peserta unjuk rasa pro Palestina di Amerika Serikat (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, STANFORD -- Para mahasiswa Universitas Stanford di Amerika melakukan unjuk rasa dengan aksi duduk bersama demi memberikan dukungan terhadap gencatan senjata di Gaza. Para mahasiswa ini bersumpah untuk melanjutkan aksi protes selama berminggu-minggu hingga universitas Stanford yang dikenal sebagai universitas bergengsi di Amerika Serikat itu memutuskan hubungan dengan Israel.

Mereka para mahasiswa Standford yang melakukan unjuk rasa mengutuk kejahatan perang Israel di Gaza dan wilayah-wilayah pendudukan. Dimulai dengan satu orang. Dalam hitungan jam, protes dari mahasiswa ini menjadi sebuah komunitas.

Baca Juga

Selama 27 hari terakhir, lebih dari dua lusin mahasiswa di Universitas Stanford telah melakukan aksi tidur sebagai bentuk solidaritas terhadap warga Palestina di Gaza yang telah menghadapi serangan udara Israel selama berminggu-minggu.

Para mahasiswa, yang terdiri dari berbagai negara dan latar belakang ini mendirikan beberapa tenda di halaman lapangan utama kampus.

Berbicara kepada Middle East Eye (MEE) para mahasiswa ini mengatakan bahwa mereka tidak akan mengakhiri aksi unjuk rasa ini hingga pihak universitas mencabut dukungannya kepada Israel dan menarik dana investasi Stanford di sejumlah usaha dan institusi pendidikan Israel. Dan mereka menuntut agar Stanford mengutuk Israel atas pendudukannya di wilayah Palestina.

Mahasiswa yang mengorganisir aksi duduk di Stanford mengatakan kepada MEE, bahwa aksi ini sangat penting untuk memastikan Gaza tetap menjadi perhatian utama para mahasiswa dan staf pengajar. "Universitas Stanford telah melakukan banyak aksi unjuk rasa di masa lalu. Tidak ada yang dihasilkan dari aksi-aksi tersebut, sebagian besar karena pihak universitas akan mengabaikan tuntutan para mahasiswa setelah aksi selesai," kata mahasiswa tersebut, yang tidak mau disebutkan namanya.

"Ada beberapa proposal yang ditulis kepada pihak manajemen dan semuanya berakhir tanpa adanya tindak lanjut. Karenanya sekarang kami ingin menciptakan tingkat tekanan yang belum pernah dilihat oleh pihak universitas," tambah mahasiswa tersebut.

Aksi duduk ini juga menarik perhatian para alumni Stanford. Salah seorang alumni, yang juga menolak menyebutkan namanya, mengatakan kepada MEE bahwa sebagai warga kulit hitam Amerika, ia ingin menunjukkan dukungannya kepada rakyat Palestina.

Alumni tersebut mengatakan bahwa ia melihat perbedaan antara dukungan universitas terhadap gerakan Black Lives Matter (BLM) yang sangat kontras dengan respon mereka terhadap peristiwa yang terjadi di Gaza. "BLM telah menjadi hal yang biasa bagi banyak orang. Bagi banyak orang, advokasi mereka untuk BLM dimulai dan diakhiri dengan sebuah pameran," ujar alumnus tersebut merujuk pada sebuah pameran di Perpustakaan Cecil H Green di Stanford. 

Ia mendokumentasikan kisah-kisah hampir 70 warga kulit hitam Amerika Serikat yang terbunuh atau terdampak oleh kebrutalan polisi dan rasisme sistemik. "Inilah mengapa kami berada di sini. Kami mengatakan bahwa bahkan Palestina pun tidak enak untuk Anda; kami akan berada di sini dan memastikan Anda melihat apa yang terjadi di sana," tambah mereka.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement