Senin 20 Nov 2023 06:20 WIB

Hamas Lakukan Perlawanan Sengit Terhadap Pasukan Israel

Pasukan Israel mencoba masuk ke kamp pengungsi terbesar di Gaza pada Ahad kemarin.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nidia Zuraya
File -  Artileri yang ditembakkan oleh tentara Israel menuju kamp pengungsi Jabalia, di Jalur Gaza utara, terlihat dari sisi perbatasan Israel, dekat kota Sderot, Israel selatan, 17 November 2023.
Foto: EPA-EFE/ATEF SAFADI
File - Artileri yang ditembakkan oleh tentara Israel menuju kamp pengungsi Jabalia, di Jalur Gaza utara, terlihat dari sisi perbatasan Israel, dekat kota Sderot, Israel selatan, 17 November 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Pejuang Hamas melawan pasukan Israel yang mencoba masuk ke kamp pengungsi terbesar di Gaza pada Ahad (19/11/2023). Perlawanan gerilya Hamas di wilayah utara yang padat penduduk termasuk sebagian Kota Gaza dan kamp pengungsi Jabalia dan Beach yang luas, sangat sengit.

Para saksi mata melaporkan pertempuran sengit pejuang Hamas dan pasukan darat Israel yang berusaha masuk ke Jabalia, yang merupakan kamp terbesar di wilayah Gaza dengan populasi hampir 100.000 orang. Jabalia berulang kali menjadi sasaran pemboman Israel yang telah menewaskan sejumlah warga sipil.

Baca Juga

Setelah fajar menyingsing pada Ahad, militer Israel meminta penduduk di beberapa lingkungan Jabalia untuk mengungsi ke Gaza selatan untuk menjaga keselamatan. Militer Israel menghentikan aksi militer antara pukul 10.00 hingga 14.00  pada Ahad untuk memperlancar evakuasi.

Militer Israel mengklaim Hamas telah kehilangan kendali atas Gaza utara dan berusaha mencegah penduduk setempat bergerak ke selatan. Namun sebagian besar penduduk Jabalia menolak seruan Israel untuk bergerak ke selatan.

"Wilayah selatan juga telah berulang kali dibombardir oleh Israel, sehingga membuat janji keamanan Israel menjadi tidak masuk akal," kata seorang warga Palestina, dilansir Alarabiya, Ahad (19/11/2023).

Setelah beberapa perang yang tidak membuahkan hasil sejak tahun 2007, Israel bersumpah untuk menghancurkan Hamas setelah pejuang Palestina itu melancarkan serangan mengejutkan pada 7 Oktober. Ini adalah hari paling mematikan dalam 75 tahun sejarah negara pendudukan tersebut berdiri.

Kementerian Kesehatan Gaza mencatat 12.300, termasuk 5.000 anak-anak telah meninggal akibat pengeboman Israel. Serangan Israel telah menghancurkan sebagian besar wilayah di utara Gaza. Sementara sekitar dua pertiga dari 2,3 juta penduduk Gaza telah mengungsi ke selatan.

Petugas medis Palestina di Gaza tengah mengatakan, 31 orang termasuk dua jurnalis lokal gugur dalam serangan udara Israel yang menargetkan sejumlah rumah di kamp pengungsi Bureij dan Nusseirat pada Sabtu (18/11/2023) malam.  Serangan udara lainnya menewaskan seorang wanita dan anaknya di Kota Khan Younis di selatan Gaza.

Di Rumah Sakit Nasser di Khan Younis, puluhan warga Palestina berbaris menuju pemakaman 15 warga yang wafat dalam serangan Israel di sebuah blok apartemen pada Sabtu.  “Pemuda kita sekarat, perempuan dan anak-anak sekarat, di manakah presiden Arab?,"  kata Heydaya Asfour, salah satu kerabat korban tewas.

Sayap bersenjata Hamas, Brigade al-Qassam mengatakan, para pejuangnya telah membunuh enam tentara dari jarak dekat di desa Juhr al-Dik di timur Kota Gaza setelah menyergap mereka dengan rudal anti-personil dan mendekat dengan senapan mesin. Sementara tujuh tentara Israel tewas dalam pertempuran pada Sabtu.

Perang telah memasuki minggu ketujuh dan tidak ada tanda-tanda akan berhenti, meskipun ada seruan mendesak dari dunia internasional untuk jeda kemanusiaan guna memungkinkan pengiriman bantuan yang tidak terbatas dan aman kepada warga sipil. Penduduk Gaza kekurangan makanan, air minum dan perawatan medis yang memadai.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement