REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV – Israel dan Hamas menyetujui gencatan senjata selama empat hari. Sebagai imbalan, Hamas akan membebaskan puluhan warga Israel yang mereka tawan ketika melakukan operasi infiltrasi ke Israel pada 7 Oktober 2023 lalu.
Kabinet Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyetujui kesepakatan gencatan senjata setelah melangsungkan pertemuan hampir sepanjang malam pada Selasa (21/11/2023). “Keputusan yang sulit, tapi merupakan keputusan yang tepat,” ujar Netanyahu kepada para menterinya, dikutip laman Al Arabiya.
Rapat pembahasan gencatan senjata oleh kabinet Israel diyakini berlangsung cukup alot. Sebab terdapat beberapa menteri yang menentang hal tersebut. Menteri Keamanan Nasional Israel Itamar Ben-Gvir dan Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant termasuk di antara yang menentang penghentian pertempuran.
Kantor Perdana Menteri Israel menekankan, gencatan senjata tidak berarti mengakhiri perang di Gaza. “Pemerintah Israel, tentara Israel dan pasukan keamanan akan melanjutkan perang untuk mengembalikan semua orang yang diculik, melenyapkan Hamas, dan memastikan bahwa tidak ada lagi ancaman terhadap Negara Israel dari Gaza,” katanya.
Seorang juru bicara pemerintah Israel, pada Rabu (22/11/2023) mengungkapkan, berdasarkan kesepakatan gencatan senjata, Hamas akan membebaskan setidaknya 50 sandera. Mereka terdiri dari warga Israel dan warga asing. Untuk setiap 10 sandera tambahan yang dibebaskan, gencatan senjata akan diperpanjang selama satu hari.
Sementara itu Hamas menyampaikan, mereka menyambut kesepakatan gencatan senjata kemanusiaan yang dicapai dengan Israel. Hamas mengatakan, berdasarkan kesepakatan tersebut, Israel juga akan membebaskan 150 warga Palestina yang kini mendekam di penjara-penjara Israel.
Perundingan gencatan senjata antara Hamas dan Israel dimediasi oleh Qatar. Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Qatar mengungkapkan, gencatan senjata kemanusiaan memiliki peluang untuk diperpanjang melebihi empat hari. “Waktu mulai jeda akan diumumkan dalam 24 jam ke depan dan berlangsung selama empat hari, dapat diperpanjang,” kata Kemenlu Qatar.
“Perjanjian (gencatan senjata) tersebut mencakup pembebasan 50 sandera perempuan dan anak-anak sipil yang saat ini ditahan di Jalur Gaza dengan imbalan pembebasan sejumlah perempuan dan anak-anak Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel, jumlah mereka yang dibebaskan akan ditingkatkan pada tahap implementasi perjanjian selanjutnya,” tambah Kemenlu Qatar dalam keterangannya.
Pertempuran terbaru antara Hamas dan Israel pecah pada 7 Oktober 2023 lalu. Perang diawali dengan serangan roket dan operasi infiltrasi Hamas ke wilayah Israel yang menewaskan sekitar 1.200 orang. Hamas pun menculik setidaknya 240 orang, yang terdiri dari warga Israel dan warga asing, kemudian membawa mereka ke Gaza.
Sejak 7 Oktober 2023, Israel memulai agresinya ke Gaza. Sebelum kesepakatan gencatan senjata tercapai, Israel tidak pernah mengendurkan atau memberikan jeda kemanusiaan dalam serangannya ke Gaza. Hingga Selasa kemarin, jumlah warga Gaza yang terbunuh akibat serangan Israel telah melampaui 14 ribu jiwa. Mereka termasuk 5.840 anak-anak dan 3.920 perempuan. Sementara korban luka mencapai sekitar 33 ribu orang