REPUBLIKA.CO.ID, MADRID -- Perdana Menteri Spanyol, Pedro Sanchez, akan berkunjung ke Israel, Palestina, dan Mesir dalam waktu dekat. Dalam kunjungan tersebut, Sanchez berharap dapat mengadvokasi konferensi perdamaian untuk menemukan solusi definitif yang memungkinkan hidup berdampingan dua negara yaitu Israel dan Palestina, dalam perdamaian dan keamanan
Pada 1991, Spanyol menjadi tuan rumah Konferensi Madrid sebagai upaya untuk menghidupkan kembali proses perdamaian Israel-Palestina. Konferensi ini dilanjutkan dengan perundingan dan pertemuan bilateral.
Sebelum terpilih kembali, Sanchez berjanji menjadikan pengakuan Negara Palestina sebagai prioritas utama bagi Spanyol dan Uni Eropa. Namun, sumber diplomatik mengatakan kepada surat kabar El Pais bahwa pengakuan Spanyol tidak akan bersifat langsung atau sepihak.
Sebaliknya, Sanchez berharap dapat melakukan advokasi di tingkat Eropa agar Uni Eropa atau setidaknya sebagian besar negara Eropa, juga mengakui Palestina sebagai negara merdeka. Perdana menteri Spanyol itu juga menekankan solusi dua negara atas konflik Israel-Palestina.
Ini akan menjadi pertama kalinya Sanchez mengunjungi Israel sejak pengeboman Israel di Gaza meningkat pada Oktober. Kunjungan ini akan menjadikan Sanchez sebagai salah satu pemimpin Eropa terakhir yang melakukan perjalanan tersebut.
Sanchez dijadwalkan bertemu dengan Presiden Israel, Isaac Herzog, dan Perdana Menteri, Benjamin Netanyahu, serta Presiden Palestina, Mahmoud Abbas. Sanchez akan melakukan perjalanan bersama rekannya dari Belgia, Alexander De Croo.
Spanyol saat ini memegang kepemimpinan bergilir Dewan Uni Eropa. Pada Januari 2024, posisi itu akan diserahkan kepada Belgia. Sanchez dan De Croo dijadwalkan melakukan perjalanan ke Mesir pada Jumat (24/11/2023) untuk bertemu dengan Presiden Mesir, Abdel Fattah Al-Sisi, dan Sekretaris Jenderal Liga Arab, Ahmed Abu Ghaith.
Spanyol menjadi salah satu pihak yang paling kritis terkait pengepungan dan pemboman Israel di Jalur Gaza. Sanchez telah lama menganjurkan gencatan senjata kemanusiaan.
Beberapa menteri sayap kiri Spanyol menuduh Israel melakukan genosida di Gaza. Mereka juga menyerukan diakhirinya hubungan diplomatik dengan Israel. Kedutaan Besar Israel menuduh para menteri tersebut bersekutu dengan terorisme. Kementerian Luar Negeri Spanyol menuduh Kedutaan Besar Israel salah mengartikan pandangan mereka.