Kamis 23 Nov 2023 11:31 WIB

Kasus Pembunuhan Pemimpin Hamas oleh Agen Rahasia Israel yang Menarik Perhatian Dunia

Benjamin Netanyahu memerintahkan Mossad dan Shin Bet untuk membunuh pemimpin Hamas.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nidia Zuraya
Pejuang brigade Izz ad-Din al-Qassam, sayap militer Hamas (ilustrasi). Mossad dan Shin Bet dilaporkan telah membentuk pusat operasi pasukan khusus yang bertugas melacak dan membunuh pemimpin Hamas.
Foto: EPAEPA-EFE/MOHAMMED SABER
Pejuang brigade Izz ad-Din al-Qassam, sayap militer Hamas (ilustrasi). Mossad dan Shin Bet dilaporkan telah membentuk pusat operasi pasukan khusus yang bertugas melacak dan membunuh pemimpin Hamas.

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Mossad dan Shin Bet dilaporkan telah membentuk pusat operasi pasukan khusus yang bertugas melacak dan membunuh anggota unit komando Hamas yang memimpin serangan pada 7 Oktober. Operasi yang sama pun pernah menarik perhatian dunia dengan pembunuhan komandan Hamas Mahmoud al-Mabhouh Dubai, Uni Emirat Arab, pada  19 Januari 2010.

Al-Mabhouh adalah salah satu Orang Paling Dicari Israel karena menculik dan membunuh dua tentara Pasukan Pertahanan Israel (IDF). Dia memiliki 'Halaman Merah' atau nama kode untuk perintah pembunuhan Mossad.

Baca Juga

Sebelum kematian Al-Mabhouh, ada tiga upaya pembunuhan terhadapnya. Namun, pembunuhan tersebut berhasil dilakukan saat dia menginap di hotel Al Bustan Rotana dalam Kamar 230.

Sebanyak empat pembunuh menunggu di balik pintu kamar hotel Al-Mabhouh ketika dia kembali dari pertemuan bisnis malam itu. Kepala polisi Dubai Jenderal Dhahi Khalifan Tamim mengatakan, 99 persen yakin Mossad berada di balik pembunuhan itu.

Perselisihan diplomatik besar pun terjadi usai pembunuhan itu. Inggris dan Irlandia mengusir diplomat Israel meskipun selama bertahun-tahun badan tersebut tidak menyangkal atau menerima tanggung jawab. UEA dan Israel dilaporkan tidak melakukan perbincangan selama 18 bulan sampai Amerika Serikat (AS) menjadi perantara perundingan.

Peristiwa ini dikutip dari spyscape, diangkat menjadi sebuah film komedi aksi mata-mata Kidon atau Spear pada 2013 oleh  penulis dan sutradara Perancis-Israel Emmanuel Naccache. Namun dalam film ini, narasi menyatakan Mossad dijebak atas kasus pembunuhan itu.

Kidon juga merupakan nama unit Mossad yang diduga merencanakan dan melaksanakan pembunuhan musuh-musuh Israel. Kelompok elit ahli pembunuh ini beroperasi di bawah organisasi spionase cabang Kaisarea.

Kaisarea merekrut tentara Pasukan Khusus IDF dan diyakini sebagai tim yang mengikuti al-Mabhouh pada tahun sebelum kematiannya. Mereka mempelajari pergerakannya, memasang perangkat mata-mata di komputernya, dan meretas server surelnya.

Cara ini yang membuat tim itu mengetahui saat al-Mahmoud memesan penerbangan Dubai secara daring. Tidak ada waktu untuk menyiapkan paspor palsu untuk tim yang diperkirakan terdiri dari dua lusin petugas dan tindakan ini yang membongkar keterlibatan intelijen Israel dalam pembunuhan tokoh Hamas tersebut.

Pasukan tersebut menggunakan paspor Inggris, Australia, Irlandia, Jerman, dan Prancis. Beberapa dipinjam atau dikloning dari orang Israel dengan kewarganegaraan ganda, yang lain dicuri dan direkayasa. Itu berisiko.

Tim tersebut telah terbang ke Dubai tiga kali dalam enam bulan dan perlu menggunakan kembali paspor yang sama. Meskipun demikian, penulis Rise and Kill First Ronen Bergman mengatakan. kepala Mossad Meir Dagan menyetujui rencana tersebut dan mendiktekan keputusannya kepada asistennya "Plasma Screen: diizinkan untuk dieksekusi".

Cara al-Mabhouh dibunuh Mossad...

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement