Jumat 24 Nov 2023 11:18 WIB

Muncul Dugaan Pencurian Organ Jasad Warga Palestina oleh Militer Israel

Tentara Israel melarang petugas medis mengevakuasi mayat-mayat di halaman RS Al-Shifa

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nidia Zuraya
Militer Israel melakukan operasi darat di Jalur Gaza.
Foto: AP
Militer Israel melakukan operasi darat di Jalur Gaza.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Beredar kabar tentara Israel mengambil jenazah warga Palestina saat mengepung Rumah Sakit Al-Shifa beberapa hari lalu. Tuduhan ini semakin kuat saat militer menghindari pembahasan masalah tersebut.

Juru Bicara IDF Laksamana Muda Daniel Hagari menghindari pertanyaan wartawan, yang menyatakan IDF mengambil jenazah dari Rumah Sakit Al-Shifa Kota Gaza selama operasi penyerbuan pada 16 November 2023.

Baca Juga

Sebelum itu, Direktur Al-Shifa Muhammad Abu Salmiya dan otoritas kesehatan Hamas di Gaza mengklaim dalam sebuah wawancara dengan AlJazirah, bahwa IDF mengeluarkan banyak jenazah dari kamar mayat rumah sakit.

“Kami bekerja di Rumah Sakit Shifa selama 48 jam. Ini adalah operasi yang rumit. Ini adalah kompleks yang besar," ujar Hagari menghindari pernyataan soal kabar tersebut dikutip Times of Israel.

“Ini adalah operasi yang terfokus dan akurat… dalam operasi tersebut, kami menemukan [infrastruktur] bawah tanah, senjata, dan kami menemukan informasi terkait para sandera, dan di samping rumah sakit kami menemukan Yehudit Weiss,” katanya.

Selain itu, dikabarkan tentara Israel menghalangi tenaga medis melakukan proses evakuasi mayat-mayat yang ada di halaman Rumah Sakit tersebut dan Rumah Sakit Indonesia. Kondisi ini semakin memunculkan pertanyaan.

Dugaan itu pun disinggung oleh laporan surat kabar nasional harian Yordania Al Ghad. Laporan itu menyatakan otoritas pendudukan Israel telah mencuri organ dari mayat warga Palestina. Praktik kriminal keji ini telah terungkap dalam beberapa laporan dan melalui kesaksian para dokter Israel yang berpartisipasi dalam praktik yang melanggar etika profesional dan merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan.

Fasilitas yang disoroti adalah bank kulit terbesar di dunia yang ada di Israel. Bank ini didirikan pada tahun 1986 di bawah pengawasan sektor medis militer tentara pendudukan, yang menyediakan layanannya secara internasional, terutama atas permintaan negara-negara Barat.

Bank kulit Israel ini berbeda dari bank-bank lain di seluruh dunia karena pasokan organ-organ vitalnya tidak hanya berasal dari donor sukarela. Sebaliknya, kasus-kasus pencurian kulit dari tubuh warga Palestina yang terdokumentasi.

"Bahkan media Israel mengakui bahwa ini adalah proses pengambilan organ tanpa sepengetahuan keluarga orang yang meninggal," ujar Pakar urusan Israel Anas Abu Arqoub dikutip dari jordannews.

Dugaan tindakan ilegal ini bermula ada 2001 ketika jurnalis investigasi Swedia Donald Bostrom menerbitkan investigasi yang mengungkap pencurian organ dari tubuh para martir Palestina dan perdagangan mereka oleh entitas Israel. Ini adalah pertama kalinya kejahatan ini terungkap ke publik internasional.

Bostrom tidak berhenti pada titik ini tetapi menerbitkan penyelidikan lain mengenai subjek yang sama pada 2009 di halaman majalah Swedia Aftonbladet. Penyelidikan menyebutkan, bahwa Kementerian Kesehatan Israel meluncurkan kampanye nasional untuk mendorong donasi organ pada 1992. Namun, meskipun demikian, masih terdapat kesenjangan yang signifikan antara permintaan dan pasokan donasi.

Bertepatan dengan kampanye tersebut, kasus hilangnya beberapa pemuda Palestina dimulai. Mereka kemudian kembali lagi dalam peti mati yang tertutup. Pihak berwenang Israel memaksa keluarga untuk menguburkan mereka pada malam hari tanpa pemakaman.

"Saya berada di wilayah tersebut pada saat itu, dan pada beberapa kesempatan, pegawai PBB menghubungi saya karena prihatin dengan perkembangan tersebut. Orang-orang yang menghubungi saya mengatakan bahwa pencurian organ memang terjadi, namun mereka dilarang melakukan apa pun mengenai hal tersebut," ujar Bostrom.

Israel pun telah mengakui bahwa para ahli patologi mengambil organ dari orang-orang Palestina yang meninggal, tanpa persetujuan keluarga mereka. "Kami mulai memanen kornea mata... apa pun yang dilakukan sangat informal. Tidak ada izin yang diminta dari keluarga," ujar mantan kepala lembaga forensik Israel  Dr Yehuda Hiss dikutip dari The Guardian.

Channel 2 TV melaporkan, bahwa pada 1990-an, para dokter spesialis patologi di Abu Kabir mengambil kulit, kornea mata, katup jantung, dan tulang dari tubuh tentara Israel, warga negara Israel, warga Palestina, dan pekerja asing. Tindakan ini seringkali tanpa izin dari kerabat.

Militer Israel mengonfirmasi kepada program tersebut bahwa praktik tersebut memang benar terjadi. "Kegiatan ini telah berakhir satu dekade lalu dan tidak akan terjadi lagi," ujar keterangan itu pada Desember 2009.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement