REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Rusia telah memasukkan juru bicara Meta Platforms, Andy Stone ke dalam daftar orang yang dicari atas tuduhan yang tidak ditentukan. Kantor berita TASS pada Ahad (26/11/2023) mengatakan, Kementerian Dalam Negeri Rusia telah membuka penyelidikan kriminal terhadap Stone tetapi belum mengungkapkan rincian penyelidikan atau dakwaan tersebut.
Platform media sosial Meta yang merupakan induk perusahaan dari Facebook dan Instagram dilarang di Rusia tak lama setelah invasi Moskow ke Ukraina pada Februari tahun lalu. Pada Maret 2022, komite investigasi Rusia mengatakan, mereka telah membuka penyelidikan kriminal terhadap tindakan ilegal karyawan Meta. Komite itu juga menyebut Stone telah mencabut larangan seruan kekerasan terhadap militer Rusia di platformnya. Dengan demikian Stone dinilai menghasut aktivitas ekstremis di media sosial.
Ketika perang Israel dan pejuang Palestina meletus pada 7 Oktober 2023, Meta menghapus akun yang digunakan untuk berbagi konten dari dalam Gaza kepada jutaan pengikutnya. Meta mengatakan, akun tersebut dihapus setelah stafnya mendeteksi kemungkinan upaya peretasan.
Akun Instagram @eye.on.palestine memiliki lebih dari 6 juta pengikut saat dihapus. Akun cadangannya @eye.on.palestine2, juga dilaporkan dihapus, begitu pula akun Facebook dan Threads-nya. Akun @EyeonPalestine juga menghilang di X, yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter. Akun-akun tersebut mengunggah video dan gambar dari dalam Gaza dan menjadi platform integral bagi para aktivis untuk berbagi informasi terkini mengenai meningkatnya kekerasan di kota yang terkepung itu.
“Akun-akun ini awalnya dikunci karena alasan keamanan setelah ada tanda-tanda penyusupan, dan kami berupaya menghubungi pemilik akun untuk memastikan mereka memiliki akses,” kata Stone dalam sebuah pernyataan.
“Kami tidak menonaktifkan akun ini karena konten apa pun yang mereka bagikan,” kata Stone menambahkan.
Meta dituding menyensor berita pro-Palestina...