REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu mengajukan tawaran dalam panggilan telepon dengan Presiden AS Joe Biden, Ahad (26/11/2023). Netanyahu mengatakan ia akan menerima perpanjangan jeda kemanusiaan di Gaza dengan imbalan pembebasan lebih banyak sandera Israel.
Netanyahu mengatakan perpanjangan akan diterima dengan imbalan pembebasan 10 sandera untuk setiap hari tambahan jeda. Dia menekankan bahwa setelah jeda, Israel akan melanjutkan operasi militernya dengan tujuan akhir untuk menghabisi kelompok pejuang Hamas dan memastikan bahwa semua sandera yang tersisa dikembalikan.
Sementara itu, Biden menyambut baik pembebasan sandera oleh Hamas selama tiga hari terakhir, termasuk seorang anak perempuan Amerika berusia 4 tahun, Avigail Idan, menurut pembacaan Gedung Putih atas panggilan telepon tersebut.
Biden dan Netanyahu juga membahas perlunya tambahan "bantuan kemanusiaan" ke Gaza dan Netanyahu berterima kasih kepada Biden, atas "upaya tak kenal lelah" untuk membantu Israel. Mencari cara untuk terus menengahi dan mengimplementasikan kesepakatan penyanderaan, menurut Gedung Putih.
"Kedua pemimpin sepakat untuk tetap berhubungan erat dalam beberapa hari mendatang," kata pernyataan itu.
Sebuah jeda kemanusiaan selama empat hari yang dimediasi oleh Qatar, Mesir dan AS mulai berlaku pada hari Jumat (24/11/2023), untuk sementara waktu menghentikan serangan Israel di Jalur Gaza.
Dalam dua hari pertama jeda tersebut, Hamas dan Israel menukar 41 warga Israel dan orang asing dengan 78 warga Palestina di penjara Israel. Berdasarkan perjanjian tersebut, para sandera dan tahanan akan dibebaskan secara bertahap selama empat hari.
Israel melancarkan kampanye militer besar-besaran di Jalur Gaza setelah serangan lintas batas oleh Hamas pada 7 Oktober. Serangan tersebut telah merenggut sedikitnya 14.854 nyawa warga Palestina, termasuk 6.150 anak-anak dan lebih dari 4.000 wanita, menurut otoritas kesehatan di daerah kantong tersebut. Sementara jumlah korban tewas dari pihak Israel mencapai 1.200 orang.