REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Kesepakatan gencatan senjata perang Israel-Hamas di Gaza hampir gagal. Hamas menuduh Israel tidak menepati janjinya dan Israel mengancam akan melanjutkan serangan mematikan ke Jalur Gaza.
Lalu pesawat jet Qatar mendarat di Bandara Internasional Ben-Gurion Israel pada hari Sabtu (25/11/2023). Para negosiator di dalam pesawat mulai bekerja, berusaha menyelamatkan kesepakatan gencatan senjata sebelum kesepakatan tersebut berantakan.
Kunjungan publik pertama pejabat Qatar ke Israel menandai momen luar biasa bagi kedua negara, yang tidak memiliki hubungan diplomatik resmi. Hal ini juga menggarisbawahi peran utama emirat kecil ini dalam menjembatani perbedaan di antara kedua negara yang berseteru.
"Ini adalah sesuatu yang belum pernah kita lihat sebelumnya," kata peneliti senior di Institut Studi Keamanan Nasional di Tel Aviv Yoel Guzansky tentang kunjungan Qatar ke Israel, Senin (27/11/2023).
"Qatar adalah satu-satunya aktor eksternal di dunia yang memiliki pengaruh besar terhadap Hamas, karena dukungannya selama bertahun-tahun," tambahnya.
“You have awakened the humanity of the world after its slumber.”
Qatar’s Minister of State for International Cooperation, Lolwa Al Khater, visited Gaza on Sunday through the Rafah crossing.
She addressed the people of Gaza on behalf of Qatar, acknowledging their resilience pic.twitter.com/u3ZeoTUtWq
— Middle East Eye (@MiddleEastEye) November 27, 2023
Misi diplomatik akhir pekan itu berhasil, dan sebagian besar tim kembali ke Qatar. Seorang diplomat yang diberi pengarahan tentang kunjungan tersebut mengatakan beberapa mediator Qatar tetap tinggal untuk bekerja sama dengan para pejabat intelijen Israel dalam memperpanjang gencatan senjata selama empat hari yang akan berakhir pada Selasa pagi (28/11/2023).
Upaya-upaya Qatar tampaknya membuahkan hasil, karena Kementerian Luar Negeri Qatar mengumumkan Israel dan Hamas sepakat untuk memperpanjang gencatan senjata selama dua hari.
Qatar memiliki hubungan dekat dengan Amerika Serikat (AS), negara itu tuan rumah pangkalan militer Amerika terbesar setelah pangkalan militer AS di Eropa dan Jepang. Komunikasinya dengan Israel sejak tahun 1995 dan dukungannya terhadap Gaza yang diblokade dengan nilai yang diperkirakan mencapai lebih dari 1 miliar dolar AS sejak tahun 2014, membuat Qatar memiliki posisi yang unik untuk memecah kebuntuan dalam perundingan gencatan senjata yang juga melibatkan AS dan Mesir.
"Kami membutuhkan Qatar. Qatar dipandang sebagai satu-satunya pemain di dunia Arab yang setia pada perjuangan Palestina," kata Guzansky.
Sejak 2012 Qatar merupakan tuan rumah bagi kantor politik Hamas di luar negeri, hal ini memungkinkan Qatar untuk menggunakan pengaruhnya terhadap para pengambil keputusan kelompok tersebut. Para pejabat tinggi Hamas, termasuk kepala biro politik Hamas Khaled Mashaal, tinggal di Qatar.
Qatar mengatakan kantor politik Hamas di ibu kotanya, Doha, muncul atas permintaan para pejabat AS yang ingin membangun saluran komunikasi, seperti halnya Doha yang menjadi tuan rumah bagi kantor-kantor Taliban selama perang Amerika selama 20 tahun di Afghanistan.
Qatar ingin mengurangi konflik...