REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Kelompok Jihad Islam Palestina mengeluarkan pernyataan pada Selasa (28/11/2023) malam, mereka mengkonfirmasi pembebasan perempuan dan anak-anak Israel yang ditahan di Jalur Gaza. Sebelumnya muncul kekhawatiran atas nasib sandera yang berada di luar penahanan Hamas.
Wakil Sekretaris Jenderal Gerakan Jihad Islam Muhammad al-Hindi membenarkan sayap bersenjata kelompok tersebut Brigade Al-Quds menyerahkan sandera sipil tersebut. “Kami bisa menerima persamaan mengenai para tahanan. Jika Israel siap membebaskan semua tahanan kami, maka kami siap,” kata Al-Hindi dalam wawancara dengan Aljazirah.
“Pilihan musuh sulit mengenai para sandera karena mereka gagal memulihkan secara militer. Cara Israel mempersiapkan perang adalah untuk mempengaruhi jalannya perundingan,” katanya.
Menurut Al-Hindi, kinerja perlawanan dan ketabahan rakyat Palestina adalah penentu dari nasib pertempuran yang sedang terjadi. “Israel mungkin terpaksa mengakhiri agresi mengingat meningkatnya kerugian," ujarnya.
Qatar mengumumkan pada Senin (27/11/2023) malam, bahwa Israel dan Hamas memperpanjang jeda kemanusiaan dua hari dari yang sebelumnya telah berjalan selama empat hari. Keputusan ini membuat pertukaran tahanan lebih lanjut akan dilakukan.
Sebelum perpanjang jeda kemanusia, Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman al-Thani mengungkapkan, terdapat tantangan tentang keberadaan sejumlah sandera lainnya. Dia menyatakan, terdapat 40 perempuan dan anak-anak Israel yang saat ini disandera di Gaza, hanya saja tidak berada di bawah naungan Hamas.
Sheikh Mohammed mengatakan, Hamas sebagai pemimpin wilayah Gaza harus melacak keberadaan para sandera yang ada. Dia mengindikasikan bahwa tidak ada syarat lain yang membuat Israel bersedia memperpanjang gencatan senjata, kecuali kondisi seluruh warganya dipastikan aman.
“Dari sudut pandang kami, kami ingin melihat perang ini berhenti untuk mencari solusi guna mengatasi kekhawatiran yang dimiliki Israel. Namun hingga saat ini, satu-satunya kesediaan untuk bernegosiasi mengenai jeda atau gencatan senjata adalah terkait dengan para sandera,” kata Sheikh Mohammed kepada Financial Times pada akhir pekan lalu.