REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV – Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengklaim memiliki data intelijen tentang keberadaan 137 orang yang masih disandera Hamas di Jalur Gaza. Upaya penyelamatan mereka menjadi prioritas IDF dalam pertempuran yang kini sedang berlangsung di Gaza.
“Ini adalah prioritas utama bagi organisasi intelijen Israel. Jawaban singkatnya adalah ya, kami memiliki (data keberadaan sandera). Saya tidak mempunyai kebebasan untuk menyampaikan rincian tersebut karena masalah ini sensitif dan tentu saja hal itu akan membahayakan upaya kami di masa depan. Namun saya dapat mengatakan bahwa ini adalah prioritas utama,” kata Juru Bicara IDF Jonathan Conricus, Selasa (5/12/2023), dikutip laman Al Arabiya.
Dia menekankan bahwa Israel bermaksud memulangkan semua orang yang disandera Hamas. “Jika hal ini dapat dilakukan melalui perundingan, itu bagus. Dan jika hal ini tidak dapat dilakukan melalui perundingan, maka kami akan bertindak dengan cara lain yang kinetik,” ujar Conricus.
Saat ini IDF sudah mulai mengalihkan pertempurannya ke wilayah selatan Gaza. Mereka menyampaikan bahwa pertempuran di utara Gaza sudah hampir usai. Saat konfrontasi di utara masih berlangsung, lebih dari 1 juta penduduk Gaza mengungsi ke selatan.
Sementara itu, akhir pekan lalu, anggota Politbiro Hamas, Osman Hamdan, mengungkapkan, Hamas sudah membebaskan semua perempuan warga sipil Israel yang ditawan ketika kelompok tersebut melakukan operasi infiltrasi ke Israel pada 7 Oktober 2023. Hamdan menyebut, saat ini perempuan Israel yang masih disandera adalah tentara. “Mereka semua adalah tentara perempuan yang ditangkap dari lokasi militer,” katanya kepada awak media di Beirut, Lebanon, Ahad (3/12/2023).
Namun Israel tak mempercayai keterangan Hamas. Hamdan mengatakan, Israel meyakini bahwa Hamas masih menahan perempuan sipil Israel sebagai sandera. Menurut Hamdan, metode dan mekanisme pertukaran sandera tentara berbeda dengan warga sipil. Pada 2011, Hamas pernah membebaskan seorang tentara Israel bernama Gilad Shalit yang telah ditawan selama lima tahun. Sebagai gantinya, Israel membebaskan lebih dari 1.000 tahanan Palestina dari penjara.
Pada 24 November hingga 1 Desember 2023 lalu, Israel dan Hamas sempat memberlakukan gencatan senjata kemanusiaan. Selama periode tersebut, kedua belah pihak melakukan pertukaran pembebasan tahanan dan sandera. Ketika melakukan operasi infiltrasi ke Israel pada 7 Oktober 2023 lalu, Hamas dilaporkan menculik lebih dari 240 orang, kemudian membawa mereka ke Gaza. Mereka terdiri dari warga Israel, warga Israel berkewarganegaraan ganda, dan warga asing.
Sepanjang gencatan senjata selama sepekan, Hamas membebaskan 70 warga Israel dan 24 warga asing dari penyanderaan. Mayoritas warga asing yang dibebaskan berasal dari Thailand. Sebagai imbalan atas pembebasan para sandera, Israel membebaskan 210 tahanan Palestina.
Hingga Senin lalu, jumlah warga Gaza yang telah terbunuh akibat agresi Israel telah mencapai sedikitnya 15.900 jiwa. Sementara korban luka melampaui 41 ribu orang. Angka itu dihitung sejak dimulainya agresi Israel pada 7 Oktober 2023.