Rabu 06 Dec 2023 16:07 WIB

Serangan Pemukim Yahudi di Tepi Barat Semakin Mematikan

Serangan pemukim Yahudi telah menjadi hal sehari-hari di Tepi Barat dan Yerusalem.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Serangan terhadap umat Kristen meningkat selama akhir pekan di awal hari raya Yahudi Sukkot, ketika puluhan ribu pemukim ilegal Israel berbaris memasuki Yerusalem.
Foto:

Para pemukim yang tinggal di dekat desa-desa Palestina di selatan Nablus, juga merupakan kelompok yang paling kejam di Tepi Barat, termasuk Yitzhar, Itamar, Adei Ad, Esh Kodesh, dan Har Bracha.  Kehadiran pemukiman ilegal Israel, tembok pemisah yang dibangun Israel untuk mencaplok lebih banyak tanah Palestina dari Tepi Barat, dan ratusan pos pemeriksaan dan pangkalan militer telah mengubah Tepi Barat menjadi 165 daerah kantong Palestina yang tidak terhubung. Mereka menderita karena pembatasan pembangunan dan pergerakan yang parah. Di Tepi Barat bagian utara dan tengah, pemukiman ilegal Israel memisahkan desa-desa di selatan Nablus dari desa-desa di utara Ramallah

“Kami mempunyai masalah di selatan Nablus.  Di sini kita memiliki tujuh bukit (pemukiman) yaitu Eli, Shiloh, Ahiya, Kida, Adei Ad, Esh Kodesh dan Shvot Rahel,” ujar Abdulatheem.

“Desa Burin, Madama, Asira al-Qibliya, Urif, Huwara, Qaryout, Jalud, Duma dan Qusra di Nablus, adalah desa terakhir sebelum kota Turmus Aya, al-Mughayyer dan lainnya di utara Ramallah.  Inilah yang paling menjadi sasaran,” ujar Abdulatheem, seraya mencatat bahwa para pemukim ingin mengambil alih tanah-tanah ini.

Pada Juli 2015, warga Israel yang tinggal di Adei Ad menyerbu desa Duma dan membakar rumah keluarga Dawabsheh. Insiden ini menyebabkan seorang bayi berusia 18 bulan dan orang tuanya meninggal dunia.

Pada 2019, seorang pria Palestina berusia 38 tahun di desa al-Mughayyer ditembak mati oleh pemukim dari Adei Ad, yang juga melukai 30 orang lainnya, enam di antaranya ditembak dengan peluru tajam. Pada 2023, dua serangan besar pemukim terjadi di wilayah yang sama. Pada Februari, ratusan pemukim Israel menyerang desa Huwara, membunuh seorang pria Palestina berusia 37 tahun dan membakar puluhan rumah serta mobil. Serangan serupa terjadi pada Juni di desa Turmus Aya, di mana seorang warga Palestina lainnya juga terbunuh.

Sekitar 20 kilometer (13 mil) barat Qusra adalah desa kecil Madama, yang dihuni sekitar 2.300 orang Palestina. Desa ini terjepit di antara pemukiman ilegal Yitzhar dan Route 60, jalan raya utama yang sebagian besar digunakan oleh pemukim dan dibangun di atas sebagian tanah desa.

Pada 18 Oktober, pemukim Israel menyerang rumah keluarga Ziadeh sementara tentara menembakkan peluru tajam.  Sedikitnya 30 orang berada di rumah Keluarga itu, termasuk 15 anak-anak.

“Serangan pemukim terhadap rumah tersebut terjadi bersamaan dengan serangan tentara Israel,” kata Talaat Ziadeh (43 tahun).

“Sekelompok besar pemukim teroris menyerang rumah kami dan rumah-rumah lain di daerah tersebut dari jam 9:30 malam sampai jam 1 pagi.  Mereka membakar beberapa mobil, memecahkan jendela, mencoba membakar rumah,” kata Talaat.

Selama penyerangan pemukim, tentara Israel melepaskan tembakan ke arah saudara laki-laki Talaat, Ahmad (32 tahun) dan menembak kakinya. “Saya pergi ke jalan di luar rumah kami.  Saya terkejut menemukan seorang anak laki-laki berusia 16 tahun tergeletak di tanah yang telah ditembak oleh tentara.  Saya mencoba memberinya pertolongan pertama dan menggendongnya, ketika tentara menembak saya,” kata Ahmad.

Talaat mengatakan, pemukim Yahudi dan tentara Israel sama-sama brutal.  Kenyataan ini semakin nyata setelah perang Israel-Hamas meletus pada 7 Oktober.

“Setelah tanggal 7 Oktober, serangan menjadi lebih berani dan kejam.  Perlindungan tentara dan koordinasi dengan pemukim jauh lebih terbuka,” kata Ahmad.

“Jika kami menggunakan apa pun untuk membela diri, seperti batu, terkadang peralatan dapur seperti piring dan cangkir,  tentara akan segera menembakkan peluru tajam ke arah kami,” ujar Ahmad.

Di tengah perang yang sedang berlangsung di Jalur Gaza. Pemerintah Israel memperluas izin kepemilikan senjata kepada pemukim Yahudi di wilayah pendudukan Tepi Barat.

“Kami sangat takut dengan apa yang akan terjadi. Pembantaian menunggu kita di daerah ini," kata Talaat. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement