REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Selasa (5/12/2023) mengatakan bahwa tentara Israel akan mempertahankan kendali keamanan Gaza setelah perang sehingga menolak kemungkinan menyerahkan tanggung jawab tersebut kepada pasukan internasional.
Netanyahu dalam konferensi pers setelah bertemu kabinet perangnya mengatakan bahwa Gaza harus dilakukan demiliterisasi seusai perang berakhir. "Dan agar Gaza dapat dilakukan demiliterisasi, hanya boleh ada satu pasukan yang melakukannya, dan pasukan itu adalah IDF," kata dia.
IDF itu mengacu pada tentara Israel, seraya menambahkan pasukan internasional tidak boleh bertanggung jawa mengenai hal ini. "Kami telah melihat apa yang terjadi di tempat lain dimana mereka membawa masuk pasukan internasional dengan tujuan demiliterisasi. Saya tidak siap menutup mata dan menerima pengaturan lainnya," ujarnya.
Netanyahu menekankan bahwa tentara Israel telah memperluas operasi mereka ke Jalur Gaza selatan, di mana militer telah mengepung Jabalia dan Khan Younis, menambahkan tidak ada tempat yang tidak dapat kami capai. Dia menyerukan kepada penduduk sipil untuk meninggalkan area di mana mereka memerangi kelompok Palestina Hamas.
“Saya katakan di sini kepada teman-teman kami di dunia yang mendesak untuk segera mengakhiri perang: Satu-satunya cara kami untuk mengakhiri perang, dan mengakhirinya dengan cepat, adalah dengan memberikan tekanan yang kuat terhadap Hamas–dan menghancurkannya,” katanya.
Israel kembali melancarkan serangan militernya pada Jumat di wilayah Palestina setelah mengkahiri jeda kemanusiaan selama satu minggu dengan Hamas.
Sebanyak 16.248 warga Palestina tewas dan lebih dari 43.616 orang terluka dalam serangan udara dan darat Israel yang tiada henti di wilayah kantong tersebut sejak 7 Oktober menyusul serangan lintas batas oleh Hamas. Korban tewas Israel dalam serangan Hamas mencapai 1.200 orang, menurut data resmi.