Kamis 07 Dec 2023 07:25 WIB

Dipaksa Mengungsi, Israel Jejalkan 1,8 Juta Warga Palestina ke Lahan Seluas Bandara

Penduduk Palestina di Gaza diperintahkan mengungsi ke kota al-Mawasi.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nidia Zuraya
Tenda kamp yang disediakan PBB untuk warga Palestina yang mengungsi akibat pemboman Israel di Jalur Gaza terlihat di Khan Younis, Ahad, (19/11/2023).
Foto: AP Photo/Fatima Shbair
Tenda kamp yang disediakan PBB untuk warga Palestina yang mengungsi akibat pemboman Israel di Jalur Gaza terlihat di Khan Younis, Ahad, (19/11/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, Militer Israel meminta penduduk Palestina di Gaza untuk mengungsi ke bagian kota al-Mawasi di selatan permukiman padat penduduk itu dan menetapkannya sebagai tempat yang aman. Aljazirah melaporkan, Rabu (6/12/2023), perintah ini disampaikan pada saat Israel meningkatkan pengebomannya di Gaza selatan, terutama di sekitar Kota Khan Younis yang militer Israel klaim sebagai tempat berlindungnya para pemimpin Hamas.

Kini yang menjadi pertanyaannya apakah tempat yang dinyatakan "aman" oleh pihak berwenang Israel benar-benar dapat menampung lebih dari 1,8 juta warga Palestina yang terpaksa mengungsi dari rumah mereka sejak pecahnya kekerasan pada 7 Oktober lalu?

Baca Juga

Seberapa besar al-Mawasi?

Al-Mawasi merupakan kota Badui pesisir di selatan Jalur Gaza yang berukuran kecil dan sempit lebarnya sekitar 1 km dan panjangnya 14 km. Kota ini dikelilingi pemukiman Israel hingga mantan Perdana Menteri Israel Ariel Sharon melepaskan pemukiman dari Gaza pada tahun 2005.

Israel mendeklarasikan wilayah seluas 6,5 km persegi yang merupakan daerah terpencil dan berpasir, di dalam kota sebagai zona kemanusiaan tempat para pengungsi harus mencari tempat berlindung.

Luasnya setengah dari luas Bandara Heathrow di London. Sekitar 61 juta penumpang melewati Heathrow pada tahun 2022, atau sekitar 167.000 penumpang per hari.

Dengan kata lain, kepadatan penduduk di bagian "aman" al-Mawasi akan lebih dari 20 kali lipat dari Heathrow, bahkan jika semua penumpang harian bandara hadir di sana pada waktu yang sama.

Meningkatnya pemboman Israel di Gaza selatan setelah gagalnya gencatan senjata mengurangi pilihan zona aman bagi warga Palestina selama perang yang sudah berlangsung lebih dari 60 hari. Israel menganggap Khan Younis, yang dulunya dianggap aman menjadi "zona tempur yang berbahaya".

Meskipun Israel mengklaim terdapat zona aman bagi warga sipil di Gaza, penduduk mengatakan tidak ada tempat yang aman. Para ahli mengatakan tempat yang disediakan Israel untuk mengungsi terlalu kecil atau tidak mampu menampung populasi pengungsi dalam jumlah besar.

Dikutip dari Aljazirah, Rabu (6/12/2023) Pakar hukum yang berbasis di Ramallah, Bushra Khalidi, mengatakan Gaza sudah terlalu padat penduduknya. Kini Israel ingin menjejalkan 1,8 juta orang ke lahan yang seluas bandara Heathrow.

Khalidi menambahkan kolera dan gastroenteritis menyebar dengan cepat karena kondisi yang padat. "Kondisi masyarakat tidak menjadi lebih baik karena kondisinya tidak memungkinkan untuk menjadi lebih baik," katanya.

Khalidi bukanlah orang pertama yang mengkritik deklarasi Israel atas al-Mawasi sebagai tempat yang aman. Pada 17 November lalu Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan usulan Israel itu sebagai resep bencana.

"Mencoba menjejalkan begitu banyak orang ke dalam wilayah yang begitu kecil dengan infrastruktur atau layanan yang sangat minim akan secara signifikan meningkatkan risiko kesehatan bagi orang-orang yang sudah berada di tepi jurang," katanya.

Ia menambahkan WHO tidak akan berpartisipasi dalam pembentukan "zona aman" di Gaza "tanpa kesepakatan luas, dan kecuali jika kondisi mendasar tersedia untuk memastikan keamanan dan kebutuhan penting lainnya terpenuhi, dan ada mekanisme yang tersedia untuk mengawasi implementasinya."

Tim dari Sky News mengunjungi al-Mawasi untuk menyelidiki situasi di sana. Mereka tidak menemukan adanya pengaturan tempat penampungan, seperti tenda-tenda atau dapur umum. Daerah tersebut  menghadapi kekurangan fasilitas kesehatan yang parah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement