REPUBLIKA.CO.ID, TAIPEI -- Taiwan melaporkan aktivitas militer Cina di sekitar pulau itu pada malam hari. Taipei mengatakan pesawat-pesawat tempur Cina melewati garis tengah yang dianggap perbatasan tidak resmi Cina-Taiwan di Selat Taiwan.
Cina mengeklaim Taiwan yang dikelola pemerintah demokrasi bagian dari wilayahnya. Selama empat tahun terakhir militer Cina rutin menggelar patroli dan latihan di sekitar pulau itu.
Aktivitas ini semakin sering dilakukan menjelang pemilihan presiden dan parlemen Taiwan pada 13 Januari mendatang. Hubungan dengan Cina merupakan titik perdebatan.
Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan sekitar pukul 19.30 pada Kamis (7/12/2023) malam, mereka mendeteksi pesawat tempur Su-30, J-10 dan J-11 serta pesawat pengebom H-6 berkemampuan nuklir dan pesawat peringatan dini yang beroperasi di lepas pantai utara dan tengah Taiwan serta di sebelah barat daya pulau tersebut.
Tiga belas dari pesawat-pesawat tersebut melintasi garis tengah Selat Taiwan, atau daerah-daerah yang dekat dengannya. Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan bersama dengan kapal perang Cina pesawat-pesawat itu melakukan "patroli kesiapan tempur gabungan."
Garis tengah selat itu pernah berfungsi sebagai penghalang tidak resmi antara kedua belah pihak, tetapi kini pesawat-pesawat Cina secara teratur terbang di atasnya. Kementerian mengatakan Taiwan mengirimkan pasukannya sendiri untuk memantaunya.
Selama sebulan terakhir setidaknya Taiwan melaporkan empat aktivitas angkatan udara Cina berskala besar. Cina belum memberikan komentar mengenai laporan-laporan tersebut.
Cina mengatakan kegiatannya di dekat Taiwan bertujuan untuk mencegah "kolusi" antara separatis Taiwan dan Amerika Serikat, dan melindungi integritas teritorial Cina.
Pemerintah Taiwan, yang berulang kali menawarkan pembicaraan dengan Cina, menolak klaim kedaulatan Beijing dan mengatakan hanya rakyat pulau itu yang dapat memutuskan masa depan mereka.
Berdasarkan jajak pendapat Lai Ching-te dari Partai Progresif Demokratik yang berkuasa, yang dikecam Beijing sebagai separatis, merupakan calon unggulan menjadi presiden Taiwan berikutnya.
Partai oposisi utama Taiwan, Kuomintang, memiliki sejarah mendukung hubungan yang erat dengan Beijing. Partai itu berjanji jika memenangkan pemilu mereka membuka kembali dialog dengan Cina.