REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Puma akan menghentikan sponsornya terhadap tim sepak bola nasional Israel. Dalam catatan internal yang dilihat oleh Financial Times pada Selasa (12/12/2023), Puma mengatakan, keputusan tersebut diambil setahun yang lalu dan tidak ada keterkaitan dengan seruan boikot konsumen di tengah serangan Israel di Gaza.
Mulai 2024, perusahaan pakaian olahraga tersebut tidak lagi menyediakan perlengkapan kepada tim nasional Israel setelah memutuskan untuk tidak memperbarui kontrak dengan Asosiasi Sepak Bola Israel (IFA). Keputusan Puma untuk mengeluarkan tim sepak bola nasional Israel dari portofolio sponsornya dibuat karena alasan keuangan.
Keputusan tersebut merupakan bagian dari strategi “lebih sedikit, lebih besar, lebih baik” untuk menjadi lebih selektif dalam pemasaran olahraga. Menurut catatan internal tersebut, Puma akan segera mengumumkan kemitraan baru dengan tim ternama.
Kemitraan antara Puma, yang merupakan merek olahraga terbesar ketiga di dunia dan tim Israel telah memicu kemarahan internasional dan menyerukan boikot total terhadap semua produk Puma. Para aktivis menuduh Puma mendukung permukiman Israel di Tepi Barat, yang dianggap ilegal oleh sebagian besar komunitas internasional, karena IFA mencakup klub-klub yang bermarkas di permukiman tersebut.
Namun Puma telah berulang kali menolak klaim tersebut. Puma mengatakan, mereka hanya mensponsori tim nasional dan tidak terlibat dalam aktivitas tingkat klub. Dalam beberapa minggu terakhir, beberapa merek internasional, seperti Puma dan merek fesyen Spanyol, Zara, digeruduk massa pro-Palestina karena dugaan sikap mereka yang pro-Israel.
Perusahaan pakaian Spanyol Zara menghadapi reaksi keras dan seruan boikot konsumen atas kampanye iklan terbarunya yang menurut para aktivis mengejek Gaza. Iklan untuk koleksi “Atelier”, menampilkan boneka-boneka dengan anggota tubuh yang hilang dan patung-patung yang dibungkus kain putih, menyerupai foto deretan jenazah yang dibalut kain kafan putih di Gaza
Ratusan pengguna media sosial menyuarakan keprihatinan mereka, dengan komentar “Boikot Zara” dan emoji bendera Palestina. Tagar #BoycottZara juga menjadi trending di platform media sosial X, yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter. Video yang beredar di media sosial pada Senin (11/12/2023) malam menunjukkan demonstran pro-Palestina melakukan protes di luar beberapa toko Zara di Jerman, Tunisia, dan Amerika Serikat.
“Sayangnya, beberapa pelanggan merasa tersinggung dengan gambar-gambar ini, yang sekarang telah dihapus, dan melihat di dalamnya sesuatu yang jauh dari apa yang dimaksudkan saat gambar tersebut dibuat. Zara menyesali kesalahpahaman itu dan kami menegaskan kembali rasa hormat kami yang mendalam terhadap semua orang,” ujar pernyataan Zara.
Menurut Zara, kampanye ini dirancang pada Juli dan difoto pada September. Kampanye itu menyajikan serangkaian patung yang belum selesai di studio pematung dan dibuat dengan tujuan menampilkan pakaian buatan tangan dalam konteks artistik. Kritik tersebut membuat Zara menghapus semua foto di situs web dan halaman media sosialnya pada hari Senin.
Beberapa merek lain, seperti Marks and Spencer’s dan Puma, juga menghadapi seruan boikot atas dugaan dukungan mereka terhadap Israel. Perang di Gaza pecah pada 7 Desember menyusul serangan mengejutkan Hamas ke perbatasan selatan Israel. Para pejabat Isrsel mengklaim serangan Hamas menyebabkan 1.400 warga Israel tewas.
Israel kemudian membalasnya dengan melancarkan serangan tanpa henti di Gaza. Lebih dari 18.500 warga Palestina telah dibunuh oleh Israel sejak saat itu, dan lebih dari 80 persen penduduk Gaza menjadi pengungsi internal.