REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Serangan terhadap kapal komersial oleh kelompok Houthi yang berbasis di Yaman merupakan ancaman terhadap rute pelayaran global dan lalu lintas laut ke Israel. Namun, Pelabuhan Ashdod Israel pada Selasa (12/12/2023) mengatakan, serangan itu tidak berdampak langsung terhadap aktivitas pelabuhan.
“Kami menekankan bahwa kami melakukan segalanya untuk bertindak sepenuhnya dan mempertahankan pintu gerbang terbuka ke Israel meskipun ada tantangan perang,” kata Pelabuhan Ashdod dalam sebuah pernyataan.
Kelompok Houthi yang didukung Iran pada Selasa (12/12/2023) mengatakan, mereka melakukan operasi militer terhadap sebuah kapal tanker komersial Norwegia sebagai protes terbaru atas pengeboman Israel di Gaza. Langkah ini menggarisbawahi risiko konflik yang telah mengguncang Timur Tengah.
Israel bergantung pada perdagangan maritimnya untuk impor dan ekspor. Ashdod di selatan dan Haifa di utara adalah pelabuhan terbesar di Israel. Pelabuhan Ashkelon yang paling dekat dengan Gaza, telah ditutup untuk sementara waktu karena perang.
Kapal Tanker Kimia Mowinckel asal Norwegia, diserang oleh Houthi, merilis pernyataan yang menyebut kapal yang diserang Houthi tidak memiliki keterkaitan dengan Israel dalam hal kepemilikan atau pengelolaannya. Kapal tersebut untuk sementara dinominasikan oleh pihak yang menyewanya untuk sebuah kargo keluar dari Ashdod pada Januari.
“Pemilik memiliki opsi untuk membatalkan kontrak jika situasi memburuk. Atas rekomendasi penasihat keamanan kami, diputuskan untuk menyembunyikan informasi ini sampai kapal dan awaknya berada di perairan aman," ujar kata Mowinckel Chemical Tankers.
Pihak Pelabuhan Ashdod menolak berkomentar. Namun, mereka akan berupaya untuk menyerap aktivitas operasional apa pun terkait bongkar muat yang diperlukan.