Selasa 19 Dec 2023 15:09 WIB

Perusahaan Minyak BP Setop Sementara Pengiriman Lewat Laut Merah

BP menyalahkan "memburuknya situasi keamanan" di kawasan Laut Merah.

Rep: Lintar Satria/ Red: Setyanavidita livicansera
Sebuah perahu berlayar melewati kapal kargo Galaxy Leader, yang disita oleh Houthi di lepas pantai pelabuhan Al-Salif di Laut Merah di provinsi Hodeidah, Yaman, Selasa (5/12/2023).
Foto: EPA-EFE/YAHYA ARHAB
Sebuah perahu berlayar melewati kapal kargo Galaxy Leader, yang disita oleh Houthi di lepas pantai pelabuhan Al-Salif di Laut Merah di provinsi Hodeidah, Yaman, Selasa (5/12/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Perusahaan minyak raksasa BP mengatakan akan menghentikan sementara semua pengiriman minyak melalui Laut Merah setelah serangan-serangan Houthi ke kapal komersial di perairan itu baru-baru ini. BP menyalahkan "memburuknya situasi keamanan" di kawasan saat Houthi mengincar kapal yang mereka yakini memiliki kaitan dengan Israel.

Banyak kapal BP yang menangguhkan perjalanan saat serangan berlanjut. Setelah pengumuman BP, Amerika Serikat (AS) mengatakan akan memimpin operasi angkatan laut internasional untuk melindungi kapal-kapal di jalur tersebut. Inggris, Kanada, Prancis, Bahrain, Norwegia dan Spanyol akan terlibat dalam operasi tersebut.

Baca Juga

"Eskalasi baru-baru ini dalam serangan ceroboh Houthi yang berasal dari Yaman mengancam kebebasan aliran perdagangan, membahayakan pelaut tak bersalah dan melanggar hukum internasional," kata Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin seperti dikutip BBC, Selasa (19/12/2023).

BP mengatakan akan terus "meninjau jeda pencegahan ini" dan mengawasi kawasan. Pakar mengindikasikan, bila perusahaan minyak lainnya mengikuti langkah BP maka harga minyak dapat naik.

Harga minyak sudah naik pada Senin (18/12/2023). Harga patokan internasional, Brent diperdagangan 2,6 persen lebih tinggi hingga hampir 79 dolar AS per barel. "Saat ini belum jelas seberapa signifikan dampaknya," kata pakar dan sejarawan minyak dari Eurasia Group, Gregory Brew.

"Tetapi bila semakin banyak perusahaan pelayaran mengalihkan jalurnya, dan bila disrupsi berlangsung selama lebih satu atau dua pekan, kemungkinan harga akan merangkak naik," tambahnya.

Laut Merah merupakan salah satu rute minyak dan gas alam cair (LNG) serta komoditas lain paling penting di dunia. Analisis S&P Global Market Intelligence menemukan  hampir 15 persen barang yang diimpor ke Eropa, Timur Tengah, dan Afrika Utara dikirim dari Asia dan Teluk melalui laut. Angka itu termasuk 21,5 persen minyak sulingan dan lebih dari 13 persen minyak mentah.

“Barang-barang konsumen akan menghadapi dampak terbesar, meskipun gangguan saat ini terjadi selama musim pengiriman di luar jam sibuk,” kata Chris Rogers dari S&P Global Market Intelligence.

Salah satu perusahaan pelayaran terbesar di dunia mengatakan mereka tidak akan lagi mengangkut kargo Israel melalui Laut Merah. "Demi keselamatan kapal dan awak kapal, Evergreen Line telah memutuskan untuk sementara waktu berhenti menerima kargo Israel, dan telah menginstruksikan kapal kontainernya untuk menangguhkan navigasi melalui Laut Merah sampai pemberitahuan selanjutnya," kata Evergreen Line.

Houthi mengincar kapal-kapal yang melintasi Selat Bab al-Mandab  juga dikenal sebagai Gerbang Air Mata yang merupakan saluran selebar 32 kilo meter dan dikenal berbahaya. Para Houthi menyatakan dukungan terhadap Hamas dan mengatakan akan menargetkan kapal-kapal asing yang melakukan perjalanan ke Israel dengan drone dan roket.

Daripada menggunakan Selat Bab al-Mandab, kapal kini harus menempuh rute yang lebih panjang untuk berlayar di sekitar Afrika bagian selatan, yang berpotensi menambah waktu perjalanan sekitar 10 hari dan menelan biaya jutaan dolar.

Israel membombardir Gaza setelah serangan mendadak Hamas pada 7 Oktober lalu. Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas di Gaza mengatakan serangan udara Israel sudah menewaskan hampir 20 ribu orang. Tidak diketahui apakah semua kapal yang diserang pemberontak Houthi benar-benar menuju ke Israel.

Dalam serangan terbaru yang dilaporkan Inventor Chemical Tankers, pemilik Swan Atlantic mengatakan kapal mereka dihantam "benda tak dikenal" saat berada di Laut Merah di lepas pantai Yaman. Meskipun operator dan pemilik kapal tidak ada hubungannya dengan Israel.

"Sebagai catatan, tidak ada hubungan Israel dalam kepemilikan (Norwegia-RED), manajemen teknis (Singapura-RED) atas kapal tersebut atau dalam bagian mana pun dari rantai logistik untuk kargo yang diangkut," kata perusahaan tersebut. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement