REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING – Presiden Cina Xi Jinping ingin mempertahankan hubungan dekat dengan Rusia. Menurutnya, tindakan tersebut merupakan pilihan strategis bagi negaranya.
“Mempertahankan dan mengembangkan hubungan Cina-Rusia adalah pilihan strategis yang dibuat oleh kedua belah pihak berdasarkan kepentingan fundamental kedua bangsa,” kata Xi ketika menerima kunjungan Perdana Menteri Rusia Mikhail Mishustin, Rabu (20/12/2023), dilaporkan China Central Television, (CCTV).
Menurut Xi, Rusia dan Cina terus memperkuat dampak positif dari hubungan politik tingkat tinggi bilateral. Xi mengatakan, Beijing dan Moskow terus memperdalam kerja sama di bidang ekonomi, perdagangan, energi, konektivitas, serta bidang-bidang lainnya.
Sementara itu, Mikhail Mishustin menyampaikan terima kasih atas kepemimpinan Xi Jinping. “Saya ingin menggunakan kesempatan ini untuk mengucapkan terima kasih kepada Anda dan seluruh kolega kami di Cina atas hubungan baik serta kerja sama yang konstruktif. Saya yakin bahwa pencapaian baru yang lebih besar menanti kita di tahun mendatang,” kata Mishustin, dikutip laman kantor berita Rusia, TASS.
“Dalam kalender lunar, ini adalah Tahun Naga yang merupakan salah satu simbol Cina. Saya mendoakan Anda dan semua teman-teman kami di Cina sehat serta sukses dalam sepuluh ribu hal,” tambah Mishustin.
Sehari sebelum bertemu Xi, Mikhail Mishustin telah terlebih dulu melakukan pertemuan dengan Perdana Menteri Cina Li Qiang. Dalam pertemuan tersebut, Mishustin menyampaikan bahwa hubungan bilateral Rusia-CIna telah mencapai titik tertinggi sepanjang masa.
Kunjungan Mishustin ke Beijing terjadi ketika Cina mengalami bencana gempa dahsyat di provinsi Gansu dan Qinghai. Gempa berkekuatan 6,2 skala Richter yang terjadi pada Senin (18/12/2023) malam itu telah menewaskan setidaknya 131 orang dan melukai hampir 1.000 lainnya.
Presiden Rusia Vladimir Putin pun telah menyampaikan belasungkawa kepada Xi Jinping atas bencana tersebut. “Terimalah belasungkawa terdalam saya atas dampak mematikan dari gempa bumi di provinsi Gansu dan Qinghai,” kata Putin dalam pesannya yang diposting di situs Kremlin, Selasa (19/12/2023), dikutip laman TASS.