REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW – Mantan jurnalis yang hendak ikut berkontestasi dalam pemilihan presiden (pilpres) Rusia, Yekaterina Duntsova mengatakan akan membentuk partai politik. Hal itu diumumkan setelah proses pendaftarannya untuk maju dalam pilpres guna menghadapi petahana Vladimir Putin, ditolak Komisi Pemilihan Umum (KPU) Rusia dan ditegaskan dalam keputusan Mahkamah Agung Rusia.
“Mahkamah Agung Rusia menolak permintaan saya untuk mengizinkan saya mencalonkan diri sebagai presiden. Tapi, kita tidak boleh menyerah dan kami akan mendirikan partai politik kami sendiri!” kata Duntsova lewat saluran Telegram-nya, Rabu (27/12/2023).
Pendaftaran Duntsova untuk mengikuti pilpres ditolak KPU Rusia pada Sabtu (23/12/2023). KPU Rusia mengatakan 20 persen pernyataan yang dibuat oleh anggota komite pemilih Duntsova mengandung kesalahan dan salah satu tanda tangannya menyerupai kucing. Keputusan KPU Rusia kemudian digugat Duntsova ke Mahkamah Agung Rusia. Namun Mahkamah Agung Rusia menolak banding Duntsova.
Dalam pernyataan lewat saluran Telegram-nya pada Rabu, Duntsova mengatakan, partai yang hendak didirikannya bukan hanya untuk kepentingannya. “Partai yang saya usulkan bukanlah partai Yekaterina Duntsova. Ini akan menjadi pesta untuk semua orang yang memperjuangkan perdamaian, kebebasan, dan demokrasi,” ucapnya.
Meski nantinya Duntsova jadi membentuk partai politik, dia tetap tidak bisa maju dalam kontestasi pilpres Rusia. Namun perempuan berusia 40 tahun itu mengatakan, dia ingin membentuk sebuah gerakan untuk puluhan juga warga Rusia yang menghendaki masa depan demokrasi yang damai, tapi tak memiliki partai sebagai wakil mereka.
Kandidat dari partai politik yang tidak memiliki kursi di parlemen nasional Rusia, seperti partai oposisi liberal Yabloko, memiliki prosedur lebih mudah untuk berpartisipasi dalam pilpres dibandingkan kandidat independen. Mereka harus mengumpulkan tanda tangan 100 ribu pendukung pada akhir Januari. Sementara kandidat independen harus mendapatkan 300 ribu pendukung.
Duntsova mengatakan, warga Rusia yang berpikiran sama dengannya masih bisa mendukung dan mengumpulkan tanda tangan untuk Boris Nadezhdin dari Partai Inisiatif Sipil. Langkah itu akan membantu Nadezhdin melangkah menuju kontestasi pilpres.
Pilpres Rusia diagendakan digelar pada Maret 2024. Vladimir Putin, yang kembali mencalonkan diri untuk masa jabatan kelima, diprediksi bakal dengan mudah memenangkan pemilihan tersebut.