Senin 01 Jan 2024 13:22 WIB

Serangan Israel Paling Mematikan dalam Sejarah Modern

Sebagian besar bom yang dijatuhkan ke Gaza merupakan produksi Amerika.

Rep: Lintar Satria/ Red: Setyanavidita livicansera
Pemandangan tenda kamp darurat tempat tinggal warga Palestina yang mengungsi akibat bombardir Israel di Jalur Gaza, di kawasan Muwasi pada Ahad (31/12/2023).
Foto: AP Photo/Fatima Shbair
Pemandangan tenda kamp darurat tempat tinggal warga Palestina yang mengungsi akibat bombardir Israel di Jalur Gaza, di kawasan Muwasi pada Ahad (31/12/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Pakar mengatakan operasi militer Israel ke Gaza merupakan salah satu serangan paling mematikan dalam sejarah modern. Sejauh ini serangan Israel sudah menewaskan sekitar 21.500 orang dan melukai 55 ribu lainnya. Serangan yang digelar sejak 7 Oktober itu juga mengakibatkan lebih dari 1.000 anak diamputasi.

Militer Israel mengklaim mereka hanya mengincar pejuang Hamas yang menggelar serangan mendadak 7 Oktober lalu. Israel mengklaim Hamas membunuh 1.200 orang dan menculik sekitar 240 orang lainnya dalam serangan tersebut.

Baca Juga

Hamas mengatakan, serangan mendadak mereka merupakan respon blokade ke Gaza dan perluasan pemukiman warga Israel di Tepi Barat dan Yerusalem Barat yang dianggap ilegal oleh hukum internasional. Dua langkah Israel yang menghambat pendirian negara Palestina di masa depan.

"Tingkat kehancuran sangat tinggi karena Hamas sangat mengakar dengan populasi sipil," kata kepala think tank Israel, Jerusalem Institute for Strategy and Security, Efraim Inbar pada kantor berita Associated Press, seperti dikutip Aljazirah, Senin (1/1/2024).

Namun pakar mengkritik pengeboman yang dilakukan Israel ke 2,3 juta penduduk yang tinggal di pemukiman seluas 365 kilometer persegi. Sebelum dibombardir Gaza salah satu pemukiman terpadat di dunia.

Media dan kelompok hak asasi manusia melaporkan sebagian besar korban jiwa merupakan warga sipil, 70 persennya merupakan anak-anak, perempuan dan orang lanjut usia. Kini 90 persen populasi Gaza terpaksa mengungsi, kelompok kemanusiaan memperingatkan ancaman kelaparan dan wabah penyakit. Langkah Israel membatasi bantuan masuk memperburuk krisis.

Sementara itu, militer Israel tidak banyak mengungkapkan jenis bom dan artileri yang mereka gunakan di Gaza. Berdasarkan pecahan ledakan dan analisa dari rekaman video para pakar yakin sebagian besar bom yang dijatuhkan ke Gaza merupakan produksi Amerika Serikat (AS).

Mereka mengatakan termasuk bom "penghancur bunker" seberat 900 kilogram yang menewaskan ratusan orang di pemukiman padat penduduk. Pada 14 Desember lalu jaringan berita AS, CNN melaporkan setengah dari seluruh amunisi Israel yang dijatuhkan di Gaza merupakan bom "bodoh" tak presisi yang menimbulkan ancaman lebih besar ke warga sipil.

Pada awal pekan ini perwira militer Israel mengakui tinggi korban jiwa pada serangan ke kamp pengungsi di Gaza Tengah di Malam Natal merupakan penggunaan amunisi tidak tepat. Hal ini menunjukkan taktik militer mengakibatkan tinggi korban jiwa sipil.

Media Israel +972 juga melaporkan militer Israel melonggarkan standar mengenai warga sipil yang dapat dilukai dalam serangan. Sehingga jumlah warga sipil yang tewas lebih tinggi dibandingkan operasi militer putaran sebelumnya.

Kelompok hak asasi manusia Human Rights Watch mengatakan Israel menggunakan bom fosfor yang dilarang internasional. Israel membantah tuduhan tersebut. Militer Israel menegaskan setiap serangan disetujui penasihat hukum mereka agar mematuhi hukum internasional.

"Kami memilih amunisi yang tepat untuk setiap target  sehingga tidak menyebabkan kerusakan yang tidak perlu," kata kepala juru bicara militer Israel Laksamana Muda Daniel Hagari. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement