REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang penumpang pesawat Japan Airlines (JAL) yang terbakar setelah bertabrakan dengan sebuah pesawat lain saat mendarat di bandara Haneda Tokyo pada Selasa (2/1/2023), mengisahkan insiden mengerikan yang dialaminya saat liburan tahun baru tersebut. Jet penumpang JAL itu bertabrakan dengan pesawat Penjaga Pantai Jepang di Bandara Haneda, Tokyo, sehingga kedua pesawat ini terbakar.
"Ada benturan mendadak sebelum pesawat mendarat. Saya melihat api di mesin pesawat. Saya berusaha sekuat tenaga agar tetap tenang," kata Yasuhito Imai (63), seorang eksekutif perusahaan dari Mitaka, Tokyo, kepada kantor berita Jiji Press.
Imai mengambil penerbangan itu untuk kembali sehabis mengunjungi Sapporo, ibu kota Prefektur Hokkaido, dan kampung halamannya.
Dia mengisahkan bahwa sesaat sebelum pesawat penuh penumpang itu mendarat, terjadi benturan yang bukan akibat terjatuh, melainkan akibat membentur sesuatu.
Imai menceritakan bahwa saat itu terdengar teriakan dari para penumpang. Imai baru menyadari sesuatu telah terjadi, ketika pramugari mengimbau penumpang agar tetap tenang dan keluar dari pesawat dengan tenang.
Saat keluar dari pesawat itu dengan menggunakan perosotan evakuasi, Imai melihat api keluar dari mesin pesawat.
“Saya kira semua penumpang bisa dievakuasi dalam waktu kurang dari 10 menit, tapi saya sempat khawatir oleh api yang semakin membesar," kenang Imai.
Seluruh penumpang dan awak pesawat JAL yang berjumlah 379 orang berhasil menyelamatkan diri sebelum pesawat yang mereka tumpangi itu dilalap api.
Tapi lima orang di dalam pesawat Penjaga Pantai tewas. Mereka hendak diterbangkan ke pangkalan udara di Prefektur Niigata untuk memberikan bantuan kepada korban gempa Jepang yang di negeri itu disebut Gempa Semenanjung Noto.
Menurut Asahi Shimbun, setidaknya 100 penerbangan dibatalkan pada 3 Januari akibat tabrakan maut itu.
JAL sendiri membatalkan 44 penerbangan domestik ke dan dari Haneda, All Nippon Airways menghentikan 54 penerbangan domestik, sedangkan ANA membatalkan satu penerbangan internasional.
Akibatnya 19.000 penumpang terpengaruh oleh keputusan yang diambil maskapai-maskapai Jepang itu yang sebagian besar membatalkan penerbangan pagi.
Sementara itu, menurut laporan Yomiuri Shimbun, Departemen Kepolisian Metropolitan Tokyo akan menyelidiki insiden itu Rabu ini. Polisi menduga ada kelalaian profesional yang mengakibatkan kematian dan cedera dalam musibah itu.