Jumat 05 Jan 2024 11:51 WIB

Rusia Desak Houthi Berhenti Serang Kapal Dagang di Laut Merah 

Houthi mengklaim mereka hanya membidik kapal-kapal milik atau menuju pelabuhan Israel

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Gita Amanda
Kapal terlihat dari kejauhan di Laut Merah.
Foto: Anadoulu
Kapal terlihat dari kejauhan di Laut Merah.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Rusia mendesak kelompok Houthi Yaman berhenti melakukan serangan ke kapal-kapal dagang yang melintasi Laut Merah dan Teluk Aden. Moskow menilai tindakan Houthi kian meningkatkan tensi di kawasan yang sudah memanas.

Duta Besar Rusia untuk PBB, Vasily Nebenzya mengungkapkan, Laut Merah merupakan arteri penting bagi perdagangan internasional. “Kami dengan tegas mengutuk serangan terhadap kapal sipil, yang tidak hanya membahayakan kebebasan dan keselamatan navigasi, tapi juga nyawa dan kesehatan pelaut. Selain itu, serangan tersebut menimbulkan risiko tambahan dan meningkatkan tingkat ketidakstabilan di wilayah yang sudah memanas,” katanya, dikutip laman kantor berita Rusia, TASS, Kamis (4/1/2024) lalu.

Baca Juga

“Kami mendesak para pemimpin gerakan Ansar Allah untuk menghentikan tindakan apa pun yang dapat menimbulkan ancaman terhadap kapal komersial dan awaknya di Laut Merah dan Teluk Aden, menahan diri dan menunjukkan perilaku yang bertanggung jawab,” tambah Nebenzya merujuk pada Houthi. 

Menurut Nebenzya, perkembangan situasi di Laut Merah merupakan efek dari pertempuran di Jalur Gaza. “Saya pikir hampir tidak ada rekan kami yang akan menyangkal fakta bahwa perkembangan di Laut Merah adalah proyeksi langsung dari kekerasan di Gaza, di mana operasi kejam Israel telah berlangsung selama tiga bulan,” ucapnya. 

Sejak pertengahan November 2023, kelompok Houthi telah meluncurkan puluhan serangan rudal dan drone ke kapal-kapal komersial yang melintasi Laut Merah. Houthi mengklaim mereka hanya membidik kapal-kapal milik atau menuju pelabuhan Israel. Serangan terhadap kapal-kapal tersebut merupakan bentuk dukungan Houthi terhadap perjuangan dan perlawanan Palestina. 

Sejak Houthi aktif menyerang kapal-kapal di Laut Merah, sejumlah perusahaan kargo memutuskan untuk menghindari wilayah perairan tersebut. Perubahan jalur laut dengan menghindari pelayaran melintasi Laut Merah dapat menyebabkan penundaan pengiriman kargo. Hal itu karena Laut Merah merupakan jalur terpendek antara Asia dan Eropa melalui Terusan Suez. Laut Merah adalah salah satu jalur laut yang paling sering digunakan di dunia untuk pengiriman minyak dan bahan bakar.

Pada 18 Desember 2023 lalu, Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) Lloyd Austin mengumumkan peluncuran Operation Prosperity Guardian (OPG). Dia mengatakan, OPG dibentuk sebagai respons atas serangan Houthi terhadap kapal-kapal komersial di Laut Merah. “Meningkatnya serangan Houthi yang berasal dari Yaman baru-baru ini mengancam kebebasan perdagangan, membahayakan pelaut yang tidak bersalah, dan melanggar hukum internasional,” ujar Austin.

Dia menambahkan, negara-negara yang berupaya menjunjung kebebasan navigasi perlu bersatu untuk mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh aktor non-negara tersebut. Negara-negara yang tergabung dalam satgas maritim OPG, antara lain Inggris, Bahrain, Kanada, Prancis, Italia, Belanda, Norwegia, Seychelles, dan Spanyol.

Sementara itu, kelompok Houthi menyampaikan, pembentukan satgas maritim oleh AS dan sekutunya tidak akan mengubah sikap serta dukungan mereka untuk Palestina. “Posisi kami tidak akan berubah terhadap isu Palestina, baik aliansi angkatan laut dibentuk atau tidak,” kata juru bicara Houthi, Mohammed Abdulsalam, kepada Reuters, 19 Desember 2023.

“Posisi kami dalam mendukung Palestina dan Jalur Gaza akan tetap ada hingga berakhirnya pengepungan, masuknya makanan dan obat-obatan, dan dukungan kami terhadap rakyat Palestina yang tertindas akan terus berlanjut,” kata Abdulsalam.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement