REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Seorang pekerja berbaju hangat sedang sibuk memasang rel di dalam ambulans. Mereka memasang dua garis lurus sebagai jalan bagi brankar, tempat tidur dorong, yang menjadi tempat pembaringan pasien saat akan dievakuasi.
Layaknya kendaraan medis standar, ambulans tersebut juga akan dilengkapi dengan tabung oksigen, kotak pertolongan pertama, hingga mesin pompa sunction. Pompa ini biasanya dibutuhkan dokter atau tim medis untuk mengisap cairan yang tidak dibutuhkan dalam tubuh pasien.
Pabrik perakitan kendaraan medis tersebut menyediakan ambulans untuk warga di Jalur Gaza. Ada berbagai pilihan merek di pabrik ini. Dari asal Cina, Jepang, hingga pabrikan asal Eropa menjadi opsi berbagai organisasi kemanusiaan dari beragam negara yang hendak menyalurkan bantuan. Mereka datang dari Inggris, Turki, Malaysia, hingga Indonesia.
View this post on Instagram
Republika bersama Ketua Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI) M Djazuli Ambari berkunjung ke pabrik yang berada di Jalan 6 Oktober, Kairo, Mesir, tersebut pada pekan lalu. Menurut Djazuli, ambulans menjadi kendaraan medis yang kebutuhannya sudah amat darurat. “Banyak ambulans di Gaza yang hancur karena dibom Israel. Karena itu kita ingin kirim kendaraan tersebut. Ambulans dibutuhkan untuk keperluan evakuasi pasien gawat darurat,”ujar Djazuli.
Djazuli menjelaskan, pengiriman bantuan tersebut merupakan buah kerja sama BSMI dengan lembaga filantropi di Indonesia yang berdomisili di Jawa Barat, Wakaf Salman. Djazuli menjelaskan, pihaknya akan mendistribusikan ambulans tersebut dengan tepat sasaran. “Penyaluran bantuan bekerja sama dengan Bulan Sabit Merah Mesir sehingga bisa sampai ke Gaza,” jelas dia.
Pemilik pabrik perakitan ambulans, Hisyam, mengatakan, selama perang ini, pihaknya sudah menyalurkan 30 unit ambulans ke Gaza. Harga satu unit ambulans bermacam-macam sesuai dengan ukuran, spesifikasi dan merek ambulans tersebut. Menurut Hisyam, perusahaannya sudah berbisnis ambulans sejak sebelum perang.
Selain ambulans, kami mengunjungi gudang obat-obatan dan alat kesehatan yang berlokasi di Badr City, Kairo. Kebutuhan tersebut juga mendesak karena banyak rumah sakit yang sudah kehabisan obat darurat terutama untuk operasi. Menurut laporan harian dari Kementerian Kesehatan di Gaza, berbagai jenis obat seperti anastesi, pereda nyeri, hinggga kebutuhan darah berada dalam kondisi kritis.