Selasa 16 Jan 2024 13:39 WIB

Ketika Peretas Korut dan Perjahat Berbagi Jaringan di Asia Tenggara

Mata uang kripto menjadi sumber utama pendapatan kelompok kejahatan terorganisir.

Rep: Lintar Satria/ Red: Setyanavidita livicansera
Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un bersama Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Shoigu
Foto: AP
Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un bersama Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Shoigu

REPUBLIKA.CO.ID, WINA -- Kantor Narkoba dan Kejahatan PBB (UNODC) merilis laporan yang menyebutkan peretas Korea Utara (Korut) berbagi pencucian uang dan jaringan perbankan bawah tanah dengan penipu dan penyelundup narkoba di Asia Tenggara. Kasino dan pertukaran mata uang kripto menjadi sumber utama pendapatan kelompok kejahatan terorganisir.

Tanpa memberikan penjelasan lebih lanjut UNODC mengatakan mereka mengamati "beberapa contoh" pembagian semacam itu yang dilakukan peretas Korut termasuk Lazarus Group di area Mekong yang mencakup Myanmar, Thailand, Laos dan Kamboja.

Baca Juga

Dalam laporan yang dirilis Senin (15/1/2024) UNODC mengatakan mereka mengidentifikasi aktivitas tersebut melalui analisa data informasi kasus dan rantai blockchain. Melalui sambungan telepon salah satu anggota misi Korut di PBB di Jenewa mengatakan "ia tidak mengetahui" laporan UNODC. Sumber yang tidak disebutkan namanya itu menambahkan semua laporan mengenai Lazarus sebelumnya "spekulasi dan informasi palsu.

PBB yakin Lazarus dikendalikan biro intelijen utama Korut. Kelompok itu dituduh terlibat dalam berbagai penipuan siber dan serangan ransomware. Dana yang diperoleh peretas Korut diyakini digunakan untuk membiayai Pyongyang dan program senjatanya.

Dalam laporannya, UNODC mengatakan kasino dan pesta-pesta di Asia Tenggara, yang memfasilitasi permainan judi pemain kaya, pertukaran mata uang kripto yang tidak diatur, menjadi "bagian dasar" dari arsitektur perbankan yang digunakan kejahatan terorganisir di wilayah tersebut. "Kasino terbukti mampu dan efisien dalam memindahkan dan mencuci uang tunai dan kripto dalam volume besar tanpa terdeteksi," kata UNODC.

"Menciptakan saluran efektif yang mengintegrasikan miliaran hasil kejahatan ke dalam sistem keuangan formal," tambah lembaga itu. UNODC menambahkan kejahatan terorganisir menyusupi sektor perjudian untuk "pencucian uang skala industri dan operasi perbankan bawah tanah," yang berhubungan dengan perdagangan narkoba dan penipuan dunia maya.

Laporan tersebut mengutip kasino berlisensi dan operator perjamuan di Filipina yang membantu mencuci sekitar 81 juta dolar AS yang dicuri dalam serangan siber ke Bank Sentral Bangladesh pada 2016. Serangan tersebut dikaitkan dengan Lazarus Group.

Perwakilan Regional UNODC untuk Asia Tenggara dan Pasifik, Jeremy Douglas mengatakan menjamurnya kasino dan kripto "memperkuat" kelompok-kelompok kejahatan terorganisir di Asia Tenggara. "Tidak mengherankan jika para pelaku ancaman yang canggih akan memanfaatkan sistem perbankan bawah tanah dan penyedia layanan yang sama," katanya. 

sumber : reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement