REPUBLIKA.CO.ID, AMMAN -- Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi mengatakan Israel menempatkan semua rintangan untuk membawa masuk bantuan ke Gaza. Ia menambahkan hal ini memperburuk penderitaan rakyat Palestina.
Dalam konferensi pers bersama Menteri Luar Negeri Australia Penny Wong, Safadi mengatakan dengan rintangan-rintangan tersebut artinya hanya 10 persen bantuan dari yang diperlukan lebih dari 2,3 juta rakyat Gaza yang bisa masuk. "Kenyataannya sekarang langkah-langkah Israel mencegah bantuan yang cukup untuk tiba dan hanya sebagian kecil yang tersampaikan," kata Safadi, Selasa (16/1/2024).
Israel yang memeriksa semua komoditas yang masuk ke Gaza dan menahan bantuan yang dianggap akan digunakan Hamas untuk tujuan militer membantah mencegah bantuan masuk. Safadi mengatakan Israel juga mencoba bantuan mencapai bagian utara Gaza yang dibombardir selama berminggu-minggu.
Serangan tersebut sudah menghancurkan sebagian besar infrastruktur dan bangunan pemukiman. Pada Jumat (13/1/2024) lalu kantor kemanusiaan PBB mengatakan pihak berwenang Israel dengan sistematis melarang akses bantuan ke utara Gaza dan membatasi operasi bantuan kemanusiaan ke sana.
Yordania berada di garis depan di antara negara-negara Arab yang mendorong Israel untuk mengizinkan lebih banyak bantuan masuk. Yordania juga satu-satunya negara yang menjatuhkan bantuan lewat udara ke Gaza untuk dua rumah sakit militer yang dikelolanya.
Hal ini berhasil memaksa Israel mengizinkan Program Pangan Dunia (WFP) mengirimkan lebih banyak bantuan ke Gaza melalui rute darat lainnya yang dimulai dari Yordania. Bantuan ini membantu meringankan tekanan pada perbatasan Rafah yang kapasitasnya terbatas.
"Bahkan dengan bantuan yang tiba tidak sampai ke seluruh Gaza, sebagian tiba di selatan dan ketika kita berbicara tentang utara terdapat rintangan besar yang ditempatkan Israel yang mencegah bantuan tiba," kata Safadi. Ia juga menyalahkan Israel yang tidak mematuhi resolusi Dewan Keamanan PBB yang diadopsi bulan lalu, untuk membuka dan memperluas akses kemanusiaan yang aman.
"Sayangnya ini tidak terjadi sampai saat ini dan hal ini disebabkan sikap Israel yang menolak cukup bantuan masuk dan menolak mengadopsi cara yang lebih efektif untuk mempercepat pengiriman bantuan," kata Safadi.