Kamis 18 Jan 2024 12:33 WIB

Serangan Iran Berpotensi Naikkan Tensi di Kawasan

Respons dari Pakistan atas serangan Iran itu adalah dengan menarik duta besarnya.

Layanan darurat membersihkan puing-puing rumah Peshraw Dizayi yang terkena serangan rudal Iran di Irbil, Irak, Selasa, (16/1/2024).
Foto: AP Photo/Julia Zimmermann
Layanan darurat membersihkan puing-puing rumah Peshraw Dizayi yang terkena serangan rudal Iran di Irbil, Irak, Selasa, (16/1/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Serangan Iran pada 16 Januari 2024 dengan menggunakan rudal balistik dan drone dengan dalih menargetkan pangkalan kelompok militan Jaish ul-Adl di Provinsi Baluchistan, Pakistan, tentu saja menimbulkan ketegangan politik antara dua negara itu.

Jaish ul-Adl adalah kelompok militan Sunni yang berbasis di Provinsi Sistan dan Baluchistan, Iran, yang beberapa kali menyerang pasukan keamanan Iran di daerah yang berbatasan dengan Pakistan, antara lain untuk menyuarakan kemerdekaan daerah Baluchistan. Nama Baluchistan itu sendiri berasal dari kelompok etnis Baluch yang mendiami daerah di kawasan Asia Selatan dan Barat, yang mencakup sejumlah negara seperti Pakistan (terutama di Provinsi Baluchistan), Iran (Provinsi Sistan dan Baluchistan), hingga Afghanistan.

Baca Juga

Berdasarkan informasi dari ensiklopedia dunia maya Wikipedia, sebagian besar etnis Balukh bertempat tinggal di Pakistan dan mencakup hampir 3,6 persen dari total populasi Pakistan. Selain itu, warga dari etnis Balukh juga berjumlah sebanyak dua persen dari populasi baik dari negara Iran maupun Afghanistan.

Respons dari Pakistan atas serangan Iran itu adalah dengan menarik duta besarnya pada Rabu (17/1/2024) sebagai langkah protes dari Pakistan yang menilai, Pemerintah Iran telah melakukan pelanggaran terang-terangan terhadap kedaulatan negaranya. Selain itu, pemerintah Pakistan juga menegaskan bahwa tindakan pelanggaran ruang udara negara itu oleh rudal dan drone Iran juga telah berakibat kepada tewasnya dua korban jiwa yang masih anak-anak.

Namun, Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amirabdollahian dalam acara Forum Ekonomi Dunia (WEF) di Davos, Swiss, menyatakan bahwa hanya para militan yang terkena serangan tersebut. Pernyataan dari kementerian luar negeri Iran juga menyatakan bahwa Amirabdollahian telah menelepon Menteri Luar Negeri Pakistan Jalil Abbas Jilani, menekankan penghormatan pemerintah Iran terhadap kedaulantan Pakistan.

Kemenlu Iran menyatakan bahwa keamanan negara tersebut beberapa kali menjadi target serangan Jaish Al Adl yang berasal dari daerah Pakistan. Pernyataan tersebut juga mengutarakan harapannya agar kerja sama antara Iran dan Pakistan dapat berlanjut dan semakin kuat ke depannya.

Serangan Iran itu hanya berjarak sehari dengan serangan serupa yang dilancarkan Negeri Mullah itu kepada dua negara tetangganya pula, yaitu Irak dan Suriah. Iran menyatakan serangan ke Irak, tepatnya ke Kota Erbil di daerah semi-otonom Kurdistan, karena lokasi serangan dituding Iran sebagai markas kelompok yang terkait dengan intelijen Israel, Mossad.

Namun, Irak menyanggah, ada semacam markas bagi mata-mata seperti itu di negara tersebut. Irak juga telah mengajukan komplain terhadap "agresi" Iran kepada Dewan Keamanan PBB serta menarik dubesnya dari Teheran. Penasihat Keamanan Nasional Irak, Qasim Al Araji, kepada sejumlah media juga menyatakan pihaknya telah memeriksa lokasi yang dituding sebagai "markas Mossad" dan menyatakan bahwa tempat itu hanyalah rumah keluarga dari pebisnis warga Irak yang berasal dari Erbil.

Serangan tersebut juga diklaim membuat batalnya pemimpin Kurdi Irak Masrour Barzani untuk bertemu dengan Menlu Iran, di Davos. Seperti dalam serangannya ke daerah Pakistan, Kemenlu Iran juga menyatakan bahwa pihaknya menghormati kedaulatan dan integritas teritorial negara lain, tetapi Iran menyatakan memiliki hak yang sah untuk mencegah terhadap ancaman keamanan nasional.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement