REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Perdana Menteri Prancis, Gabriel Attal, mengatakan pemerintah mempertimbangkan untuk terus membantu petani di negaranya. Hal ini disampaikan saat aksi petani di seluruh Prancis yang menuntut pembayaran dan kondisi hidup yang lebih baik tidak menunjukan tanda-tanda akan mereda.
Para petani Prancis yang merupakan produsen produk pertanian terbesar di Eropa mengeluhkan persaingan tidak adil dalam menghadapi saingan mereka dari negara-negara dengan peraturan yang lebih longgar. Untuk menekan tuntutan mereka, para petani pun memblokir jalan-jalan besar sejak pekan lalu. "Kami akan melihat langkah-langkah lain yang dapat kami ambil mengenai aspek persaingan tidak adil," kata Attal, Ahad (29/1/2024).
Pada Jumat (26/1/2024), Pemerintah Prancis membatalkan rencana untuk mengurangi subsidi bahan bakar diesel secara bertahap. Paris juga mengumumkan langkah lain untuk mengurangi tekanan keuangan dan administratif yang dihadapi para petani.
Namun, menurut para petani, pemerintah tidak memenuhi tuntutan mereka. Serikat petani terbesar di Prancis, FNSEA mengatakan akan terus berunjuk rasa dan sejumlah serikat lain mengancam akan memblokir jalanan di sekitar Paris dan pasar pangan Rungis di dekat ibu kota.
Petani-petani di negara Eropa lain, seperti Jerman dan Polandia juga menggelar protes. Mereka mengatakan Uni Eropa tidak cukup berbuat dalam melindungi para petani Eropa dari produk murah dari tempat lain.