Rabu 31 Jan 2024 23:28 WIB

Sultan Johor Dilantik Jadi Raja Baru Malaysia, Monarki Diperkirakan Bakal Lebih Tegas

Sultan Ibrahim ibni Sultan Iskandar dilantik sebagai raja ke-17 Malaysia

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Reiny Dwinanda
Sultan Ibrahim ibni Sultan Iskandar (65 tahun) telah resmi menjadi raja baru Malaysia, Rabu (31/1/2024).
Foto:

Setibanya di pangkalan Angkatan Udara Kerajaan Malaysia (RMAF) di Subang, Selangor, Sultan Ibrahim disambut oleh Pengawas Keuangan Istana Negara dan diperiksa pengawal kehormatan militer oleh Angkatan Udara Malaysia. Setelah itu, Sultan dikawal menuju Istana Negara.

Warga Malaysia juga memadati jalan di luar Istana Negara di Kuala Lumpur untuk melihat sekilas raja baru mereka. Salah satu warga yang turut menyaksikan kedatangan Sultan Ibrahim adalah Jawahar Ali Taib Khan.

"Kami yakin Tuanku (Raja) akan melakukan keajaiban bagi negara. Dia adalah orang yang sangat ketat. Kami berharap partai politik semakin harmonis dan perekonomian negara jauh lebih baik," kata pria berusia 59 tahun itu.

Sekretaris Asosiasi Pengusaha Muslim India (Perusim) Johor, Hussein Ibrahim, mengatakan bahwa selama 14 tahun pemerintahan Sultan Ibrahim sebagai penguasa Johor, Raja telah menekankan pentingnya keharmonisan antara berbagai ras. Ia mencatat belakangan ini, hubungan antara berbagai ras etnis di Malaysia sedang tegang, dilanggengkan oleh perbedaan politik yang terpolarisasi. Menurutnya, Sultan Johor akan menjadi orang yang tepat untuk menyatukan massa.

"Saat ini, kita dapat melihat hubungan antarras mulai retak, tetapi saya yakin Yang Mulia akan mengambil keputusan yang tepat untuk menyatukan seluruh rakyat Malaysia menjadi satu Bangsa Malaysia,” kata Hussein.

Analis politik sekaligus direktur perusahaan konsultan kebijakan publik BowerGroupAsia, Adib Zalkapli, mengatakan bahwa peran raja di Malaysia telah berkembang selama bertahun-tahun. Ia mencatat, sebelumnya raja memainkan peran simbolis sebagai kepala negara.

Namun, khususnya pada masa pemerintahan Sultan Abdullah selama lima tahun terakhir, raja berperan penting dalam menyelesaikan kebuntuan politik di Malaysia. Misalnya, Sultan Abdullah memainkan peran penting dalam menyelesaikan kebuntuan politik setelah pemilihan umum tahun 2022 lalu berakhir dengan parlemen yang menggantung.

Ketika itu Sultan Abdullah menunjuk Anwar Ibrahim sebagai perdana menteri untuk memimpin pemerintahan persatuan. Adib mencatat bahwa gaya Sultan Ibrahim yang blak-blakan dan kesediaannya untuk memberikan nasihat dalam urusan pemerintahan berarti bahwa penguasa akan semakin membentuk peran monarki.

"Sultan Ibrahim selalu memainkan peran penting dalam pemerintahan negara. Dan menurut saya dengan perluasan peran Yang Di Pertuan Agong yang kita lihat selama lima tahun terakhir, sangat cocok dengan karakter dan gaya pemerintahan Sultan Ibrahim," kata Adib.

"Jadi bukanlah sebuah kejutan besar bagi Malaysia secara umum jika melihat monarki yang lebih tegas di tahun-tahun mendatang," ujar Adib.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement