REPUBLIKA.CO.ID, HANOI -- Vietnam dan China mengalami lonjakan perdagangan lintas batas pada awal 2024 sejak pembukaan kembali dan peningkatan aktivitas di sejumlah gerbang perbatasan. Menurut Dewan Pengelolaan Zona Ekonomi Dong Dang-Lang Son, pada minggu pertama tahun ini jumlah truk yang mengangkut barang melalui enam gerbang perbatasan darat di provinsi pegunungan utara Lang Song meningkat hampir 300 jika dibandingkan pada Desember 2023, mengutip VNA, Sabtu (3/2/2024).
Setiap harinya, rata-rata terdapat sekitar 400 truk pengangkut barang ekspor dan sekitar 800 truk pengangkut barang impor yang melintasi garis perbatasan Lang Song dengan Daerah Otonomi Guangxi Zhuang, China sepanjang 231,7 km. Seorang perwakilan dari dewan menyatakan bahwa permintaan pasar China terhadap produk pertanian Vietnam dan buah-buahan segar selama periode Tahun Baru Imlek biasanya sangat tinggi.
Sementara itu, perusahaan-perusahaan Vietnam juga perlu mengimpor lebih banyak barang-barang konsumen dan komponen-komponen mesin untuk pasar dalam negeri, sehingga perdagangan lintas batas antar kedua negara meningkat secara signifikan. Aktivitas perdagangan, terutama untuk produk hasil pertanian, juga berjalan lancar di gerbang perbatasan Lao Cai di provinsi utara Lao Cai, yang berbatasan dengan provinsi Yunnan di China.
Dalam tiga hari pertama pada 2024, total omset impor-ekspor melalui penyeberangan tersebut mendekati 5,4 juta dolar AS dengan nilai ekspor melebihi 2,8 juta dolar AS. Ekspor utama Vietnam meliputi durian, pisang, ubi jalar, buah naga, singkong kering, dan arang.
Kepala Dewan Pengelolaan Zona Ekonomi Lao Cai, Vuong Trinh Quoc, memperkirakan perdagangan dengan China akan lebih berkembang pada tahun ini. Hal itu lantaran, Sekretaris Jenderal Partai dan Presiden China Xi Jinping, sepakat membuka pasar terhadap produk pertanian Vietnam yang potensial, termasuk kelapa segar, buah beku, buah jeruk, alpukat, pisang, apel custard, dan apel air.