Senin 05 Feb 2024 15:17 WIB

Siapa Saja Poros Perlawanan Iran?

Kelompok-kelompok yang didukung Iran menggelar serangan ke Israel.

Rep: Lintar Satria/ Red: Muhammad Hafil
Sejumlah pesawat nirawak (drone) terlihat selama latihan militer di lokasi yang dirahasiakan di Iran,
Foto: reuters
Sejumlah pesawat nirawak (drone) terlihat selama latihan militer di lokasi yang dirahasiakan di Iran,

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN --Kelompok-kelompok yang didukung Iran menggelar serangan ke target-target Israel dan Amerika Serikat (AS) sejak Israel menyerang Gaza untuk membalas serangan mendadak Hamas pada 7 Oktober lalu. Kelompok-kelompok itu disebut 'Poros Perlawanan' Iran.

Serangan-serangan proksi Iran memicu serangan balasan AS yang memicu kekhawatiran konflik akan menyebar ke seluruh kawasan. Tiga tentara AS tewas dalam serangan drone kelompok yang didukung Teheran di Yordania pekan lalu.

Baca Juga

Washington meresponnya dengan serangan udara ke target-target yang memiliki koneksi dengan Iran di Suriah dan Irak. Berikut beberapa kelompok yang terlibat dalam serangan-serangan ke pasukan AS beberapa pekan terakhir.

Gerakan Perlawanan Islam di Irak (IRI)

Organisasi payung kelompok-kelompok bersenjata muslim syiah yang didukung Iran yang dalam bahasa Arab dinamakan al-Moqawamat al-Islamiat fi al-Iraq atau lebih dikenal IRI mengklaim serangan-serangan di dekat perbatasan Suriah dan Yordania.

IRI mengklaim lebih dari 150 serangan ke pangkalan-pangkalan yang menampung pasukan AS di Suriah dan Irak sejak Oktober lalu. Sebagian besar serangan itu hanya menimbulkan luka kecil dan memicu beberapa respon AS.

Kelompok-kelompok muslim syiah muncul sebagai pemain kuat di Irak setelah invasi AS pada tahun 2003. Diperkirakan mereka memiliki puluhan ribu pejuang. Anggota organisasi payung ini juga memainkan peran besar dalam perang melawan ISIS sebagai bagian dari Hashid Shaabi, atau Pasukan Mobilisasi Populer.

Meskipun anggota kelompok-kelompok bersenjata ini menerima gaji pemerintah dan secara teknis berada di bawah otoritas perdana menteri, mereka sering beroperasi di luar rantai komando.

Beberapa bulan terakhir mereka yang menargetkan pasukan AS termasuk Kataib Hizbullah dan kelompok Nujaba, yang keduanya terkait erat dengan Garda Revolusi elit Iran. Persenjataan mereka termasuk drone peledak, roket dan rudal balistik.

Dalam pernyataannya mereka mengatakan operasi mereka merupakan bagian dari upaya untuk "melawan pasukan pendudukan Amerika di Irak dan wilayah tersebut", dan dilakukan sebagai "tanggapan atas pembantaian" yang dilakukan Israel terhadap warga Palestina di Gaza.

AS memasukan kelompok-kelompok tersebut ke dalam daftar organisasi teroris.

Gerakan Houthi

Gerakan Houthi yang menguasai wilayah terpadat di Yaman terlibat dalam perang Israel di Gaza pada 31 Oktober lalu dengan menembak drone dan rudal ke Israel yang terletak lebih dari 1.000 mil dari daerah kekuasaan mereka di Sana'a.

Pada November lalu Houthi memperluas perannya dengan menyerang jalur pelayaran di Laut Merah. Mereka mengatakan menyerang kapal-kapal Israel atau hendak ke pelabuhan Israel meski beberapa kapal yang diserang tidak memiliki hubungan dengan Israel.

Operasi Houthi di Laut Merah mendorong AS dan Inggris meluncurkan serangan ke target-target Houthi di Yaman pada Januari lalu. Houthi mendeklarasikan semua kapal AS dan Inggris yang terlibat "dalam agresi" itu akan menjadi target serangan.

Serangan-serangan Houthi mengganggu lalu lintas perdagangan internasional antara Eropa dan Asia. Mendorong beberapa perusahaan pelayaran mengalihkan jalur kapal-kapal mereka.

AS yakin Garda Revolusi Iran membantu Houthi membuat rencana dan menggelar serangan dengan drone dan rudal. Iran membantah terlibat dalam serangan-serangan itu. Bulan lalu sumber mengatakan komandan Garda Revolusi Iran dan Hizbullah berada di Yaman untuk mengarahkan dan mengawasi serangan Houthi di Laut Merah.

Houthi membantah keterlibatan Hizbullah dan Garda Revolusi Iran. Sebagai respon atas serangan di Laut Merah, AS memasukan kembali Houthi ke dalam daftar organisasi teroris.

Hizbullah

Hampir setiap hari sejak 8 Oktober lalu kelompok Hizbullah yang memiliki persenjataan berat menggelar serangan ke target-target Israel di perbatasan Israel-Lebanon. Memicu baku tembak terbesar sejak perang skala penuh tahun 2006.

Hizbullah mengatakan serangan-serangannya membantu menyebarkan kekuatan tentara Israel dan  mengusir puluhan ribu warga Israel yang mengungsi dari rumah-rumah mereka di dekat perbatasan.

Serangan udara dan artileri Israel juga memaksa puluhan ribu warga Lebanon mengungsi. Lebih dari 150 pejuang Hizbullah dan sedikitnya 25 warga sipil Lebanon terbunuh, di samping sedikitnya sembilan tentara Israel dan seorang warga sipil.

Seorang utusan AS terlibat dalam upaya untuk mencegah kekerasan agar tidak meluas menjadi konflik yang lebih besar.

Didirikan Garda Revolusi Iran pada tahun 1982, Hizbullah telah menjadi model bagi kelompok-kelompok yang didukung Teheran di seluruh wilayah, dan juga memberi saran atau melatih pejuang beberapa kelompok lainnya.

Hizbullah dianggap lebih kuat daripada negara Lebanon dan memiliki ideologi Islam Syiah Iran. Amerika Serikat menetapkan Hizbullah sebagai organisasi teroris. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement