REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Kepala badan bantuan pengungsi PBB untuk Palestina (UNRWA) Philippe Lazzarini mengatakan ia membahas "situasi kemanusiaan kritis di Gaza" dan resiko pada kawasan bila "UNRWA tidak dapat melanjutkan layanannya" saat bertemu Menteri Luar Negeri Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan Al Saud.
"(Arab Saudi) menegaskan bantuan (untuk UNRWA dan) mendesak semua pendonor untuk memenuhi tanggung jawab dalam membantu upaya kemanusiaan di Palestina," kata Kementerian Luar Negeri Arab Saudi dalam pernyataannya, seperti dikutip Aljazirah, Jumat (9/2/2024).
Lusinan negara Barat menangguhkan pendanaan pada UNRWA setelah Israel menuduh 12 dari ribuan pegawai lembaga PBB itu terlibat dalam serangan mendadak Hamas ke Israel pada 7 Oktober lalu.
Sebelumnya Direktur Eksekutif UNICEF Catherine Russell mengatakan "eskalasi pertempuran" di Rafah akan menandai "perubahan yang menghancurkan dalam perang".
"UNICEF mendesak semua pihak untuk menahan diri dari eskalasi militer di Gubernuran Rafah, Gaza, di mana lebih dari 600 ribu anak-anak dan keluarga mereka mengungsi - banyak dari mereka yang mengungsi lebih dari satu kali," kata Russells dalam pernyataannya.
Dalam pidato yang disiarkan di televisi pada Rabu (7/2/2024) lalu Perdana Menteri Netanyahu memerintahkan pasukan Israel untuk "bersiap-siap menggelar operasi" di Rafah. Pernyataan Netanyahu menimbulkan kekhawatiran di antara kelompok-kelompok kemanusiaan dan warga sipil.
Rafah merupakan sisa wilayah tempat warga Gaza mengungsi untuk menghindari pengeboman Israel. Kantor berita Palestina, Wafa melaporkan delapan orang tewas dalam serangan pasukan Israel ke sebuah rumah di Rafah.
Wafa melaporkan tiga dari korban tewas merupakan anak-anak. Kantor berita itu menambahkan lima orang korban merupakan anggota keluarga al-Sayyid dan tiga dari keluarga al-Nahhal.
Empat orang juga tewas dan sejumlah lainnya terluka dalam pengeboman pada taman kanak-kanak yang menampung pengungsi di Kota az-Zawayda di Gaza tengah. Satu orang tewas dalam pengeboman di Deir el-Balah.