Senin 19 Feb 2024 08:30 WIB

Fasilitasi Bantuan, Mesir Dirikan Pusat Logistik di Rafah

Bantuan ke Gaza mencapai wilayah Sinai melalui darat, laut dan udara.

Anak-anak dan warga Palestina antre untuk mendapatkan makanan gratis di Rafah, Jalur Gaza, Jumat (16/2/2024). Badan bantuan internasional mengatakan Gaza menderita kekurangan makanan, obat-obatan, dan pasokan pokok lainnya akibat perang antara Israel dan Hamas.
Foto: AP Photo/Fatima Shbair
Anak-anak dan warga Palestina antre untuk mendapatkan makanan gratis di Rafah, Jalur Gaza, Jumat (16/2/2024). Badan bantuan internasional mengatakan Gaza menderita kekurangan makanan, obat-obatan, dan pasokan pokok lainnya akibat perang antara Israel dan Hamas.

REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Mesir pada Sabtu (17/2/2024) mengumumkan mereka mulai membangun pusat logistik di Rafah untuk memfasilitasi bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza, yang sedang diserang dan diduduki oleh Israel. Gubernur Sinai Utara di Mesir, Mayjen Muhammad Abdulfadil, menyebutkan pusat logistik tersebut akan dibangun di kota perbatasan, termasuk perbatasan Rafah antara Mesir dan Jalur Gaza.

Abdulfadil mengatakan tentara Mesir telah mulai membangun pusat logistik itu di Al-Arish untuk memfasilitasi pekerjaan Bulan Sabit Merah serta mengurangi kemacetan di daerah tersebut dan di jalan raya. Dia mengatakan pusat logistik tersebut akan memiliki tempat parkir truk, gudang yang aman, kantor administrasi, akomodasi untuk pengemudi, serta berbagai fasilitas seperti air dan listrik.

Baca Juga

Bantuan ke Gaza mencapai wilayah Sinai melalui darat, laut dan udara, dan upaya sedang dilakukan untuk mengangkut bantuan ke wilayah itu dengan truk dari Pelabuhan Al-Arish dan Bandara Internasional Al-Arish, kata Abdulfadil.

Rafah, di perbatasan Gaza selatan, ditinggali oleh 280 ribu warga Palestina sebelum Israel mulai menyerang Jalur Gaza. Serangan pada 7 Oktober 2023 menyebabkan 1,9 juta orang di Gaza, yang berpenduduk sekitar 2,3 juta orang, mengungsi.

Mayoritas pengungsi Palestina mencari perlindungan di Rafah, yang menurut Israel 'aman.' Dengan masuknya penduduk dari wilayah utara, populasi Rafah meningkat menjadi lebih dari 1,4 juta orang, yaitu empat kali lipat lebih banyak dari jumlah aslinya.

Para warga Palestina yang mencari perlindungan di Rafah berjuang untuk bertahan hidup di tenda-tenda darurat karena kurangnya perumahan yang layak. Pasukan Israel sering menargetkan Rafah dengan serangan udara. Ada kekhawatiran jika Israel melancarkan serangan darat ke Rafah, tidak akan ada tempat yang aman bagi warga sipil di Gaza.

 

 

 

sumber : antara, anadolu
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement