REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Operasi angkatan laut Uni Eropa (UE) di Laut Merah adalah mencegat dan menghancurkan apa pun yang menyasar kapal komersial di wilayah itu. Hal itu disampaikan juru bicara urusan luar negeri EU Peter Stano pada Selasa (20/2/2024).
Pada Senin (19/2/2024), para menteri luar negeri EU mengesahkan peluncuran misi angkatan laut untuk melindungi pelayaran di Laut Merah di tengah meningkatnya serangan terhadap kapal kargo oleh kelompok Yaman Houthi, sehingga Italia akan mengambil alih komando pasukan.
“Operasi Aspides yang diluncurkan secara resmi kemarin oleh para menteri luar negeri adalah operasi pertahanan maritim dan tugasnya adalah untuk melindungi kapal-kapal yang melewati Laut Merah dan sebagian Teluk Arab atau Persia." kata juru bicara EU itu dalam pengarahan rutin.
"Jadi, operasi ini mempunyai tugas pertahanan untuk melindungi kapal-kapal tersebut, jadi tentu saja bagian dari tugas pertahanan, yang menjadi bagian dari mandat, adalah untuk mencegat dan menghancurkan segala sesuatu yang ditembakkan ke kapal-kapal komersial tersebut,” lanjut Stano.
Peserta yang mengikuti misi tersebut tidak akan menyerang posisi Houthi di Yaman, karena operasi itu murni bersifat pertahanan, demikian sebut Menteri Luar Negeri Italia Antonio Tajani pada awal Februari.
Gerakan Houthi, yang menguasai sebagian besar Yaman utara dan barat, berjanji pada November 2023 untuk menyerang kapal mana pun yang terkait dengan Israel sampai mereka menghentikan aksi militer di Jalur Gaza.
Hal ini menyebabkan Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mengumumkan pembentukan operasi multinasional untuk mengamankan pelayaran di Laut Merah.
Pasukan AS dan Inggris kemudian melancarkan serangan besar-besaran terhadap posisi Houthi dalam upaya untuk menurunkan kemampuan pemberontak dalam menargetkan kapal komersial.