Kamis 07 Mar 2024 07:35 WIB

RI-Australia Bahas Kerja Sama Ekosistem Mobil Listrik

Australia memiliki 24 persen cadangan litium dunia.

Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi melakukan pertemuan bilateral dengan Menlu Australia Penny Wong di sela-sela rangkaian kegiatan pertemuan Menlu G20 di Nusa Dua, Badung, Bali pada Kamis (7/7/2022)
Foto: ANTARA/HO-Kemenlu RI
Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi melakukan pertemuan bilateral dengan Menlu Australia Penny Wong di sela-sela rangkaian kegiatan pertemuan Menlu G20 di Nusa Dua, Badung, Bali pada Kamis (7/7/2022)

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi membahas kerja sama transisi energi dalam pertemuan bilateral dengan Menlu Australia Penny Wong. Pertemuan tersebut dilaksanakan di sela-sela KTT Khusus ASEAN-Australia yang berlangsung di Melbourne, pada 4-6 Maret 2024.

“Dalam pertemuan bilateral dengan Menlu Australia Penny Wong, saya membahas berbagai hal antara lain kerja sama transisi energi, termasuk pembangunan ekosistem baterai EV (kendaraan listrik),” kata Retno dalam transkrip keterangan persnya, Rabu, (6/3/2024).

Baca Juga

Selain itu, Retno juga menegaskan pentingnya pemerintah kedua negara mengangkat hambatan-hambatan non tarif dalam hubungan perdagangan Indonesia-Australia. “Dalam hal ini, saya juga menyampaikan mengenai pentingnya kerja sama dalam biosecurity, terutama untuk produk ikan dan buah-buahan,” tutur Retno.

Sebelumnya dalam pertemuan bilateral dengan Perdana Menteri Australia Anthony Albanese, Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) mendorong agar nota kesepahaman (MoU) tentang kerja sama pengembangan ekosistem kendaraan listrik yang telah ditandatangani oleh kedua negara pada November tahun lalu, dapat segera direalisasikan.

Implementasi dari MoU tersebut dinilainya penting guna memperkuat kerja sama rantai pasok mineral kritis dan kendaraan listrik. “Terkait nikel, Presiden mendorong kolaborasi kedua negara dalam menghadapi situasi pasar global,” kata Retno.

Indonesia dan Australia diketahui sama-sama memiliki sumber daya alam yang bisa disinergikan, yaitu mineral kritis yang digunakan dalam baterai kendaraan listrik. Dalam lima tahun terakhir, Indonesia telah mengembangkan industri hilirisasi nikelnya menuju ekosistem kendaraan listrik.

Menurut Menteri BUMN Erick Thohir, telah ada tiga pabrik di Indonesia yang beroperasi untuk memproduksi mixed hydroxide precipitate, yaitu bahan dasar prekursor baterai. Selain itu, beberapa proyek manufaktur baterai juga telah direncanakan akan dimulai pada beberapa tahun mendatang.

Sementara itu, Australia memiliki 24 persen cadangan litium dunia yang merupakan urutan kedua setelah Chile. Australia bahkan menyumbang 43 persen dari ekstraksi litium global pada 2022.

Australia dapat mengambil manfaat dari sumber daya litium yang melimpah ini dengan berkolaborasi dengan Indonesia yang telah mengembangkan industri nikelnya, dalam membangun poros baru ekosistem baterai kendaraan listrik, serta menjalin aliansi.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement