REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Rusia tidak menginginkan perang dengan Jerman, tetapi juga tidak bisa membiarkan ancaman terhadap wilayahnya. Hal itu disampaikan juru bicara kepresidenan Rusia Kremlin, Dmitry Peskov, pada Rabu (6/3/2024).
Pernyataan itu muncul menyusul bocoran rekaman pejabat Jerman yang mendiskusikan pengiriman rudal jarak jauh Taurus ke Ukraina dan kemungkinan menggunakannya untuk menghancurkan Jembatan Kerch yang menghubungkan Krimea ke Rusia.
"Kami tidak menginginkan perang, kami tidak ingin meledakkan apa pun, kami tidak ingin ada orang merencanakan untuk meledakkan sesuatu di wilayah kami, kami tidak akan menutup mata terhadap hal itu," kata Peskov dalam konferensi Knowledge Marathon di kota resor Sochi.
Secara terpisah, juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova mengatakan dalam konferensi pers bahwa Duta Besar Jerman Alexander Labsdorff, yang dipanggil Kementerian Luar Negeri atas insiden tersebut, tidak menyangkal atau meragukan keaslian rekaman tersebut.
Percakapan di kalangan pejabat Angkatan Udara Jerman tentang pasokan rudal Taurus ke Ukraina bocor pekan lalu. Diskusi tersebut mencakup penyediaan informasi intelijen dari satelit melalui pihak ketiga untuk menghindari keterlibatan Jerman.
Terkait penolakan para dubes Uni Eropa untuk bertemu Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov, Zakharova mempertanyakan tujuan kehadiran mereka di Rusia.
Dia mengatakan mereka sering terlihat ikut berdemonstrasi dengan kubu oposisi, tetapi enggan bertemu pejabat yang berwenang atas hubungan diplomatik.
"Kalau begitu, apa yang mereka lakukan di negara kami?" tegasnya.
Dubes negara-negara Uni Eropa mengatakan telah menolak undangan Lavrov untuk pertemuan, yang diselenggarakan untuk membahas keadaan hubungan saat ini.