Rabu 27 Mar 2024 09:52 WIB

PBB: UNRWA Harus Tetap Ada dan Menjadi Pusat Penyaluran Bantuan

Sekjen PBB menyesalkan keputusan Israel melarang bantuan untuk warga Gaza.

Warga Palestina menunggu truk bantuan kemanusiaan memasuki Jalur Gaza melalui penyeberangan Kerem Shalom, di Rafah, Jalur Gaza selatan, (2/3/2024).
Foto: EPA-EFE/HAITHAM IMAD
Warga Palestina menunggu truk bantuan kemanusiaan memasuki Jalur Gaza melalui penyeberangan Kerem Shalom, di Rafah, Jalur Gaza selatan, (2/3/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, HAMILTON -- Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyesalkan keputusan Israel yang menghalangi Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) memberikan bantuan penting ke Gaza. "Sekretaris Jenderal (Guterres) menyesalkan keputusan Israel yang menolak pengiriman bantuan penting dari UNRWA ke utara Gaza, di mana tujuh dari setiap 10 orang berada di ambang kelaparan," kata wakil juru bicara PBB Farhan Haq, Senin, (25/3/2024). 

Sembari menyerukan agar keputusan Israel itu segera dibatalkan, Guterres menekankan pentingnya bantuan kemanusiaan untuk mengurangi penderitaan warga di wilayah tersebut. "Sekretaris Jenderal menggarisbawahi bahwa UNRWA ada dan akan tetap menjadi pusat pengiriman bantuan di Gaza, menyediakan makanan, tempat tinggal dan perlindungan bagi orang-orang yang membutuhkan," kata Haq.

Baca Juga

Haq lebih lanjut mengatakan, Guterres menegaskan kembali kewajiban Israel untuk mengizinkan dan memfasilitasi aliran bantuan kemanusiaan yang cepat dan tanpa hambatan ke dalam dan melintasi Gaza. Israel pada akhir pekan telah memberi tahu Komisaris Jenderal UNRWA Philippe Lazzarini bahwa pihaknya tidak lagi menyetujui masuknya konvoi bantuan makanan UNRWA ke wilayah utara.

"Ini keterlaluan dan disengaja untuk menghalangi bantuan penting selama bencana kelaparan yang disebabkan ulah manusia," kata Lazzarini menyampaikan peringatan melalui platform media sosial X. Israel menuduh 12 dari 30 ribu pegawai UNRWA terlibat dalam serangan lintas batas pada 7 Oktober 2023 yang dilakukan oleh kelompok perlawanan Palestina, Hamas.

Beberapa negara Barat, termasuk Amerika Serikat (AS), menangguhkan pendanaan mereka ke badan pengungsi PBB tersebut sembari menunggu penyelidikan atas tuduhan Israel tersebut. Namun, Uni Eropa, Kanada dan Swedia kemudian mengumumkan bahwa mereka akan melanjutkan pendanaan untuk UNRWA karena Israel belum menunjukkan bukti apapun secara terbuka untuk mendukung tuduhan tersebut.

UNRWA dibentuk oleh Majelis Umum PBB lebih dari 70 tahun lalu untuk membantu warga Palestina yang terpaksa mengungsi dari tanah mereka. Badan tersebut memberikan bantuan penting bagi jutaan pengungsi Palestina di Jalur Gaza, Tepi Barat, Yordania, Lebanon, Suriah, dan wilayah lain di mana sejumlah besar warga Palestina yang terdaftar tinggal.

Sementara itu, Juru Bicara Pemerintah Jerman Steffen Hebestreit memperingatkan Israel untuk tidak melakukan serangan militer darat di Rafah, Gaza selatan, namun tidak seperti Amerika Serikat, dia mengesampingkan kemungkinan konsekuensi politik bagi Tel Aviv jika mereka memutuskan untuk menyerbu kota tersebut.

Israel melancarkan serangan militer mematikan di Gaza sejak serangan lintas batas yang dilakukan oleh kelompok perlawanan Palestina, Hamas, yang menewaskan sekitar 1.200 warga Israel. Lebih dari 32.200 warga Palestina sejak saat itu telah tewas dan lebih dari 74.500 lainnya luka-luka di tengah kehancuran massal dan kelangkaan kebutuhan bahan pokok.

sumber : Antara, Anadolu
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement