Selasa 02 Apr 2024 09:12 WIB

Mantan Presiden Taiwan Berkunjung ke Beijing

Kunjungan itu kemungkinan akan diakhiri pertemuan dengan Presiden Cina Xi Jinping.

Rep: Lintar Satria/ Red: Setyanavidita livicansera
Mantan Presiden Taiwan Ma Ying-jeou melambai saat Ma berangkat ke Tiongkok, di Bandara Internasional Taoyuan di Kota Taoyuan, Taiwan utara, Senin, (1/4/2024).
Foto: AP Photo/Chiang Ying-ying
Mantan Presiden Taiwan Ma Ying-jeou melambai saat Ma berangkat ke Tiongkok, di Bandara Internasional Taoyuan di Kota Taoyuan, Taiwan utara, Senin, (1/4/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, TAIPEI -- Mantan Presiden Taiwan Ma Ying-jeou berkunjung ke China untuk membangun hubungan budaya dan sosial. Kunjungan itu kemungkinan akan diakhiri pertemuan dengan Presiden China Xi Jinping.

Ma berangkat dari Taipei pada Senin (1/4/2024) dengan sekelompok mahasiswa dalam perjalanan 11 hari yang menekankan keberlanjutan interaksi pendidikan, bisnis dan budaya. Meski Beijing mengancam akan menggunakan kekuatan militer terhadap pulau demokratis itu untuk mencapai unifikasi.

Baca Juga

Menjelang akhir masa jabatannya yang kedua pada tahun 2015 lalu Ma melakukan pertemuan bersejarah dengan Xi di Singapura yang memiliki hubungan dekat dengan China maupun Taiwan. Pertemuan pertama pemimpin Cina dan Taiwan lebih dari 50 tahun itu menghasilkan sedikit hasil nyata.

Partai Nasional yang dipimpin Ma, kalah dalam pemilihan presiden berikutnya dari Partai Progresif Demokratik pro-kemerdekaan yang dipimpin Tsai Ing-wen. Pada bulan Januari lalu Wakil Presiden Lai Ching-te terpilih sebagai penerus Tsai. Walaupun Nasional mulai pulih dengan menjadi mayoritas di legislatif.

Ma dijadwalkan akan berkunjung di Beijing, di mana diperkirakan akan mungkin akan bertemu dengan Xi yang mengatakan ia masih terbuka dengan politisi Taiwan yang menyatakan Taiwan dan Cina Daratan yang terpecah selama perang sipil pada 1949, milik bangsa China.

Kantor berita Taiwan, Central News Agency mengutip pemimpin yayasan Ma, Hsiao Hsu-tsen yang mengatakan ia berharap Ma akan memiliki kesempatan untuk bertemu "teman lama", tapi ia tidak memberikan penjelasan lebih lanjut.

Sebagian besar warga Taiwan menolak unifikasi politik dengan China. Pulau itu juga meningkatkan hubungan militer dengan Amerika Serikat (AS) dan Jepang sambil mempertahankan hubungan ekonomi dengan China Daratan.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement