REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Iran bersumpah membalas serangan udara Israel ke kantor konsulat Iran di Suriah. Serangan itu menewaskan dua jenderal dan lima penasihat militer Iran untuk membantu Damaskus. Pernyataan ini menunjukkan resiko tingginya eskalasi serangan yang belum pernah dilakukan itu.
Sejak Israel menyerang Gaza enam bulan lalu, konflik kini mulai menyebar ke seluruh Timur Tengah. Tetapi Teheran menghindari berkonflik langsung dengan Israel sambil mendukung sekutu-sekutunya menyerang target-target Israel dan Amerika Serikat (AS).
Israel tidak mengklaim bertanggung jawab atas serangan yang menghancurkan gedung konsulat di distrik Mezzeh, Damaskus. Serangan itu menewaskan tujuh anggota Garda Revolusi Iran.
Namun pejabat Israel yang tidak bersedia disebutkan namanya mengatakan mereka yang menjadi sasaran serangan itu "banyak menggelar serangan pada aset Israel dan Amerika dan memiliki rencana untuk menggelar serangan tambahan." Pejabat itu menambahkan "kedutaan bukan target serangan."
Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei berjanji membalas serangan ini. "Rezim Zionis akan dihukum oleh tangan-tangan laki-laki berani kami. Kami akan membuat mereka menyesali kejahatan ini dan kejahatan lain yang mereka lakukan," katanya.
Sementara itu di media sosial X penasihat politik Khamenei, Ali Shamkhani mengatakan Amerika tetap bertanggung jawab langsung entah mereka menyadari atau tidak niat dari serangan ini.
Dua orang sumber di Lebanon mengatakan satu orang anggota Hizbullah yang berkuasa di Lebanon juga tewas dalam serangan di Damaskus. Israel meningkatkan serangan udara terhadap kelompok-kelompok yang didukung Iran di Suriah sejak perang mereka di Gaza. Namun serangan Senin (1/4/2024) lalu merupakan yang paling berani.
Tim pertahanan sipil Suriah masih menyisir reruntuhan gedung sementara mobil ambulans diparkir di dekatnya. Duta Besar Iran untuk Suriah Hossein Akbari yang tidak terluka dalam serangan itu mengatakan, bangunan yang kini rata dengan tanah tersebut juga merupakan kediamannya.
Ia terlihat dari gedung kedutaan dengan penjaga keamanannya. "Gagal menghancurkan tekad perlawanan di garis depan, rezim Zionis (Israel) melakukan pembunuhan buta untuk mendukung agendanya menyelamatkan diri," kata Presiden Iran Ebrahim Raisi merujuk sekutu-sekutu Iran yang disebut sebagai "Poros Perlawanan."
"Harus diketahui mereka tidak akan pernah mencapai tujuannya dan ini merupakan kejahatan pengecut yang tidak akan tidak dijawab," tambahnya. Warga Mezzeh, Wafa Badr mengatakan ia sedang berada di dapur ketika mendengar ledakan dahsyat. “Saya pingsan sekitar 10 menit, kami sangat terkejut dengan apa yang terjadi. Kedua mobil kami hancur,” katanya.
Media Pemerintah Iran mengatakan Teheran diyakini serangan ini mengincar Mohammad Reza Zahedi, salah satu brigade jenderal yang ikut terbunuh. Dalam biografi singkat yang dibagikan media Hizbullah, al-Manar mengatakan Zahedi merupakan Pasukan Quds dari tahun 2008 sampai 2016 kemudian memimpin operasi Garda Revolusi dari 2016 sampai 2019 sebelum kembali ke Pasukan Quds ke bekerja dalam operasi di Lebanon dan Suriah sampai tahun ini.
Serangan ke Damaskus merupakan pukulan terkeras Garda Revolusi Iran sejak AS membunuh Komandan Pasukan Quds Qassem Soleimani dengan serangan drone di Baghdad pada tahun 2020. Iran mendukung kelompok-kelompok yang terlibat ketegangan di kawasan sejak Israel menyerang Gaza pada 7 Oktober lalu.
Hizbullah menggelar serangan-serangan dari Lebanon sementara kelompok-kelompok di Irak menembaki target-target AS di Suriah dan Houthi menyerang jalur perdagangan Laut Merah. Presiden Suriah Bashar al-Assad menarik bantuan militer Iran selama perang sipil yang berlangsung selama satu dekade. Banyak pasukan Iran yang ditugaskan di negara itu.
Israel biasanya tidak membahas serangan-serangan mereka di Suriah. Saat ditanya mengenai serangan itu juru bicara militer Israel mengatakan: "Kami tidak memberikan komentar mengenai laporan media asing."
Surat kabar The New York Times mengutip empat pejabat Israel yang mengakui bahwa Israel adalah pihak yang melakukan serangan itu. Media AS lainnya Axios mengutip pejabat AS yang mengatakan Washington memberitahu Teheran mereka "tidak terlibat" atau mengetahui serangan Israel.
Misi Iran di PBB menggambarkan serangan itu sebagai "pelanggaran terang-terangan Piagam PBB, hukum internasional dan prinsip dasar bangunan konsuler dan diplomatik tidak boleh diganggu gugat."
Ia mengatakan serangan itu "ancaman signifikan pada perdamaian dan keamanan kawasan." Misi Iran mendesak Dewan Keamanan PBB untuk mengecam serangan tersebut dan mengatakan Teheran berhak "untuk mengambil respon tegas."