Selasa 23 Apr 2024 18:08 WIB

Rusia: Dialog Pengendalian Senjata dengan AS tak Berdasar

Moskow prihatin, tiga negara nuklir di Barat menjadi pendukung utama Ukraina.

  Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov berdiri untuk berangkat setelah konferensi pers di sela-sela Pertemuan Tingkat Menteri OSCE ke-30 di Skopje, Republik Makedonia Utara, 1 Desember 2023.
Foto: EPA-EFE/GEORGI LICOVSKI
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov berdiri untuk berangkat setelah konferensi pers di sela-sela Pertemuan Tingkat Menteri OSCE ke-30 di Skopje, Republik Makedonia Utara, 1 Desember 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Rusia pada Senin, (22/4/2024) mengatakan, saat ini 'tidak ada dasar' untuk mengadakan dialog pengendalian senjata dan stabilitas strategis dengan AS di tengah perang yang sedang berlangsung di Ukraina. "Tidak ada dasar apa pun untuk dialog pengendalian senjata dan stabilitas strategis dengan Amerika Serikat dalam menghadapi perang hibrida total yang dilancarkan terhadap negara kami," kata Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov dalam pidato lewat video pada Konferensi Nonproliferasi di Moskow.

"Topik-topik ini hanya dapat didiskusikan setelah Pemerintah AS meninggalkan kebijakannya yang anti-Rusia dan bermusuhan secara terbuka," kata dia. Lavrov menyatakan, upaya untuk mengurangi potensi konflik antara Rusia dan AS harus bersifat 'komprehensif' dan didasarkan pada penghentian ekspansi NATO ke arah timur.

Baca Juga

Dia juga mengatakan, negara-negara Barat sedang menyeimbangkan “sisi berbahaya” dari konfrontasi militer secara langsung di antara negara-negara nuklir. "Upaya itu menunjukkan bahwa Moskow sangat prihatin bahwa tiga negara nuklir di Barat yang menjadi pendukung utama Ukraina," katanya.

Dia mengatakan, Barat yang dipimpin AS menghancurkan perjanjian-perjanjian setara yang tidak sesuai dengan kebijakan Washington. Menurut Lavrov, tujuan Barat adalah untuk menciptakan keuntungan militer sepihak bagi diri mereka sendiri dengan menetapkan batas-batas baru persenjataan nuklir.

Dia menambahkan, AS dan sekutunya sedang memperluas jaringan mereka dengan mengincar negara-negara ketiga untuk mencapai superioritas militer. "Langkah Rusia untuk mencabut ratifikasi Perjanjian Pelarangan Uji Coba Nuklir Komprehensif tahun lalu merupakan respons logis terhadap tindakan destruktif yang dilakukan AS dan negara-negara Barat lainnya”, kata dia.

"Namun, kami tetap menjadi pihak penuh dalam Perjanjian Pelarangan Uji Coba Nuklir Komprehensif itu," lanjut Lavrov. Dia mengatakan bahwa Rusia belum lama ini menyelesaikan pembentukan segmen Sistem Pemantauan Internasional.

"Kami siap membahas kembali masalah ratifikasi segera setelah AS melakukannya," katanya. Lavrov juga menuduh negara-negara Barat "menyesuaikan" Organisasi Pelarangan Senjata Kimia untuk kepentingan mereka.

Menurut dia, semua negara harus mengerahkan upaya untuk meningkatkan sistem keamanan internasional dengan mengandalkan prinsip multilateralisme dan kesetaraan. "Ini adalah satu-satunya cara untuk mengurangi konflik antarnegara dan memastikan kemajuan nyata dalam pengendalian senjata,” katanya.

sumber : Antara, Anadolu
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement